Tuesday, September 11, 2018

Studi ke Luar Negeri? Apa Persiapan yang Harus Dilakukan?

Halo semuanya! Setelah bekerja selama satu tahun, Alhamdulillah insyaAllah awal tahun depan aku diberi kesempatan untuk kembali ke bangku kuliah lewat Australia Awards Scholarship(AAS). Saat ini aku sedang mengikuti persiapan keberangkatan dan akan memulai aplikasi ke universitas. Semoga semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Aamiin... Di blog ini, aku akan berbagi cerita mengenai persiapan dan perjuangan yang aku lakukan untuk mendapatkan beasiswa. Aku banyak sekali terbantu dengan membaca blog-blog para alumni dan teman-teman sesama pencari beasiswa, maupun melihat video yang ada di youtube. Jadi aku ingin sekali berbagi pengalaman yang aku lakukan agar bisa bermanfaat untuk teman-teman yang sedang berjuang untuk melanjutkan studi lanjut ke luar negeri. I do hope it will be helpful for you.

Di post kali ini, aku akan bercerita mengenai persiapan-persiapan yang aku lakukan. Untuk AAS journey akan aku share setelah semua urusan administrasi dan pre departure training ini selesai ya supaya aku bisa bercerita secara lengkap. So, stay tune!

Jadi apa saja persiapan yang aku lakukan?

1. English proficiency test


Ini hal yang sangat krusial karna pasti dibutuhkan di setiap pendaftaran beasiswa dan ujung-ujungnya pun akan dipakai untuk mendaftar di universitas. Ada berbagai macam jenis tes bahasa Inggris. Rata-rata untuk mendaftar beasiswa sendiri, boleh pakai berbagai macam test seperti IELTS, TOEFL IBT, TOEIC, bahkan untuk beasiswa AAS diperbolehkan untuk memakai TOEFL ITP. Tapi saranku, kalian research dulu apa tes yang dibutuhkan oleh kampus tujuan utama kalian. Jadi dari awal sudah bisa fokus dengan apa yang ingin diperdalam karna setiap tes memiliki karakteristik yang berbeda beda. Di Eropa rata-rata membutuhkan IELTS, sedangkan kalau kalian ingin pergi ke Amerika, TOEFL IBT lah yang dibutuhkan. Contoh simpelnya, TOEFL IBT itu computer based bahkan untuk speaking nya tapi IELTS lebih terasa real karna kita berhadapan langsung dengan penilainya. Untuk cari tahu perbedaan IELTS dan TOEFL kalian bisa langsung aja googling karna infonya pasti sangat banyak.

Teman-teman harus pelajari berapa minimum persyaratan yang dibutuhkan oleh kampus tujuan kalian. Dan keep aiming high. Buat aku masalah utama adalah writing. Waktu tes terakhir, aku perdalam writing skill-ku. Berikut adalah website dan youtube channel yang sangat membantuku meningkatkan kemampuan writing. Semoga membantu ;)

https://www.youtube.com/channel/UCglDIsg_Z9mE2oT9hsrbzFA 
https://www.ielts-exam.net/



Untuk speaking, aku download aplikasi di app store. Judulnya IELTS Speaking Assistant. Aplikasinya berbayar, tapi menurutku aplikasi ini sangat bagus untuk belajar topik-topik baru. Karna dalam IELTS topiknya sangat beragam. Ketika kita tidak tahu banyak soal topik tersebut, tentu saja akan sulit bagi kita untuk meng-improve lebih lanjut. Jadi menurutku, banyak membaca topik-topik baru sangatlah penting. Di aplikasi ini, topik-topik baru akan diupdate secara berkala. Dan kita bisa berlatih di semua kategori untuk speaking part 1,2, dan 3.

Menurutku kemampuan bahasa Inggris adalah soal kebiasaan. Semakin kita melatihnya, semakin kita akan terbiasa. InsyaAllah hasil tes merupakan modal kita untuk mencapai cita2 sekolah ke luar negeri.


2. List jurusan dan universitas yang diinginkan
Saranku, jangan terpaku dengan judul jurusannya saja. Benar2 pelajari silabus yang ditawarkan apakah benar-benar memenuhi kebutuhan kita? Dalam hal ini, aku benar2 riset ke setiap website kampus yang ada. Baca satu-satu dengan teliti :) Untuk mata kuliah elective, teman2 bisa perhatikan pre requisite dan co requisite nya untuk melihat seberapa fleksibel mata kuliah tersebut bisa dipilih. Jangan sampai temen2 ingin sekali mengambil mata kuliah tersebut, tapi pada praktiknya tidak bisa diambil karna harus ada syarat-syarat tertentu. Karna aku mendaftar untuk program master, jadi yang aku perhatikan adalah course nya. Untuk teman-teman yang mendaftar program Phd, pertimbangan-pertimbangan tentang riset dan supervisor adalah kunci yang utama.

3. List negara yang dituju dan penyedia beasiswa
Salah satu alasan kenapa ini penting buatku karna aku harus mendapatkan beasiswa untuk studi lanjutku. Bagi teman-teman yang tidak masalah dengan biaya atau bisa dibiayai oleh kantor, pasti akan jauh lebih mudah dan fleksibel. Kebanyakan dari kita terpaku dengan beasiswa-beasiswa yang ternama. Padahal di luar sana banyak sekali sumber-sumber beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Bagi teman-teman yang bisa melakukan co funding dengan penyedia beasiswa (misal membiayai living cost secara pribadi dengan tuition fee yang dibiayai pihak pemberi beasiswa), pasti kesempatan akan lebih terbuka lebar. Karna biasanya pihak kampus menyediakan beasiswa untuk tuition fee. Dulu waktu kuliah, aku beberapa kali mengikuti acara seminar tentang kuliah di luar negeri. Dari situlah aku mendapatkan insight bahwa sumber beasiswa ada banyak sekali. Ada satu website yang aku sering kunjungi dan setiap ada info beasiswa terbaru aku bisa mendapatkan notifikasinya di email.




Bagiku, semua negara maju memiliki pendidikan yang lebih baik. Jadi aku tidak terlalu masalah dengan negara yang dituju, meskipun sebenarnya target utamaku adalah ke Eropa hehehe. Tapi Allah sungguh Maha Baik. Subhanallah. Mungkin memang jalannya belum kesana. Aku sangat bersyukur insyaAllah aku akan kembali ke Australia, tempat dimana aku melakukan exchange program ketika masih SMA. Jadi besasiswa apa saja yang pernah menjadi listku?

  1. LPDP
  2. Stuned / Orange Tulip
  3. Chevening
  4. Endeavor
  5. Asian Development Bank Scholarship
  6. Fullbright
  7. Swedish Institute Scholarship
  8. Australia Awards Scholarship

Bagi para pencari beasiswa jangan bosan-bosan untuk sharing. Follow akun akun yang punya info menarik soal beasiswa seperti Indonesia Mengglobal. Mereka punya program mentorship dimana kita sebagai mentee yang akan apply universitas akan dipasangkan dengan mentor yang akan membimbing kita menulis essay, dll. Aku mencoba program ini 2 kali dan masih gagal hehehe. Kalau dipikir-pikir, mungkin memang sudah jalannya. Karna sebagai AAS awardee kita akan mendapatkan Pre Departure Training yang akan memberikan kita bekal salah satunya untuk menulis academic essay. Di telegram banyak sekali grup pencari beasiswa seperti Chevening, LPDP, dll jadi tidak ada salahnya untuk bergabung.
Bagiku perkara beasiswa mana yang didapatkan adalah masalah rejeki. Aku pribadi tidak terlalu masalah di negara mana aku belajar selama itu bisa mengimprove diri dan mendapatkan pembelajaran yang baik. Jadi, prinsipku adalah mencoba semua jalan karna kita tidak pernah tahu usaha mana yang akan berhasil untuk kita. Tapi ketika ada teman-teman yang menginginkan satu tujuan, bagiku juga tidak masalah. Justru sangat baik karna sebenarnya kita harus pasang target yang tinggi dan berusaha untuk mencapai itu. Fyi, aku gagal dalam aplikasi  Swedish Institute Scholarship. Dan Alhamdulillah jalannya memang melalui AAS. Di saat menunggu pengumuman, aku sudah mempersiapkan berkas untuk disubmit ke Chevening, ADB Scholarship, dan LPDP. Tapi aku yakin Allah sudah memberikan yang terbaik :)



4. GMAT / GRE

Sebaiknya teman-teman cek apakah target universitas kalian membutuhkan nilai GMAT/GRE. Rata-rata GMAT dibutuhkan untuk masuk ke business school, sedangkan GRE dibutuhkan untuk masuk ke engineering school. Tapi tidak semua universitas membutuhkannya. Bahkan ada juga business school yang menerima skor GRE sebagai pengganti GMAT. Teman-teman juga sebaiknya cek nilai rata-rata mahasiswa yang berhasil diterima sebagai target kalian. 


Aku sempat belajar GMAT karna dulu universitas di Eropa yang aku tuju memerlukan GMAT untuk masuk kesana. Dan apabila aku mendaftar beasiswa Fullbright, otomatis syarat GMAT harus terpenuhi untuk mendaftar kampus di Amerika. Meskipun pada akhirnya, ketika mendapatkan beasiswa Australia aku tidak perlu menggunakan GMAT, tp aku sangat tidak menyesal pernah belajar GMAT. Karna ini benar2 meningkatkan critical thinking kita. Kalau teman-teman ingin mendaftar MBA di Australia dan notabene membutuhkan GMAT, dari info yang aku dapat, para penerima beasiswa AAS tidak perlu melampirkan GMAT nya. What a privilege! Tapi kebetulan memang course yang aku ingin tuju di Australia juga tidak wajib melampirkan GMAT untuk pendaftarannya.



Kemarin aku sempat les di Sandy Institute di daerah Cikini dengan biaya 6 juta untuk 10 kali pertemuan. Teman2 bisa les pada hari sabtu atau minggu selama 6 jam pada setiap pertemuan. Mas Sandy, pengajarnya, sangat baik dan menurutku sangat membantu dalam memahami materi materi GMAT. Fyi, belajar GMAT ini harus benar-benar tekun. Enam bulan aku belajar, skorku belum tembus sampai nilai yang diinginkan. Itu salah satunya karna aku tidak tekun karna di satu sisi masih bimbang kemana kampus yang ingin dituju, yang perlu GMAT atau tidak perlu GMAT. Yang pasti tergantung apa beasiswa yang didapatkan hehehe. Tapi bagi teman-teman yang sudah pasti harus mendapatkan GMAT, jangan ragu untuk memulai.

5. Motivation Letter / Essay / Statement of Intent

Umumnya hal-hal tersebut dibutuhkan saat pendaftaran universitas maupun beasiswa. Secara teknis, formatnya akan berbeda-beda. Saat pendaftaran universitas, biasanya mereka mensyaratkan konten-konten tertentu yang harus ditulis dengan maksimal jumlah kata. Sama halnya untuk aplikasi beasiswa, hanya saja biasanya terdiri dari beberapa pertanyaan yang lebih detail seperti kontribusi apa yang akan dilakukan setelah selesai studi, dll. Tapi pada umumnya, kita harus berpikir bagaimana pengalaman masa lalu kita baik pendidikan maupun pekerjaan bisa berhubungan dengan studi yang akan kita pilih. Dan tentunya apa manfaat dari studi tersebut yang dapat kita aplikasikan setelah menyeledaikan studi. Aku menyiapkan banyak essay untuk berbagai aplikasi yang berbeda. Tapi kurang lebih isinya sama. Untuk benar-benar menulis, aku harus merenung dan memikirkan cukup lama tentang semuanya. Apa benar-benar ini yang aku butuhkan? Apa yang ingin kita pelajari? Sebenarnya mau jadi apa sih aku nantinya? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang harus direnungkan baik-baik. Apalagi kalau kita belum cukup yakin dengan life path yang ingin kita pilih. Tidak ada salahnya untuk mulai merenung :)
 
Semoga tulisannya bermanfaat. Tunggu cerita mengenai pengalaman mendaftar beasiswa AAS dari aku ya! :D

3 comments:

Unknown said...

Satu lagi ketinggalan.. Jodoh.

Dyah Ayu Permatasari said...

Hmmmm siapa nehhh komen komen kayak begini 😑

Unknown said...

Siapa hayoo masak ga kenal sama pembaca setia 😱

Post a Comment