Wednesday, June 23, 2021

Tips Lolos Seleksi Administrasi Beasiswa AAS (Australia Awards Scholarship) Versi Saya

Halo, nggak terasa udah enam bulan lebih sejak aku balik ke Indonesia. Dan nggak terasa dua tahun sekolah di Melbourne udah terlewati. Sebelumnya, aku udah nulis pengalamanku mendaftar beasiswa AAS, proses seleksinya, sampai pengalaman yang aku dapatkan sesampainya di Australia. Nggak nyangka karna tulisan di blog aku, banyak banget teman-teman yang akhirnya DM di instagram dan email untuk tanya-tanya lebih lanjut tentang beasiswa ini dan tips supaya lolos. Honestly, boleh dibilang aku sangat amat beruntung bisa lolos beasiswa ini. Yang ternyata dari tahun ke tahun proses seleksinya pun semakin ketat dan pastinya semakin banyak juga pendaftarnya.

Di post sebelumnya, aku sudah memberikan tips untuk tahap seleksi wawancara. Namun, untuk tahap seleksi administrasi yang berupa essay, aku belum menceritakan mengenai poin-poin apa yang aku tulis hingga Alhamdulillah bisa lolos ke tahap berikutnya. Btw, tips ini adalah versi aku ya! Tentu saja cerita orang-orang bisa berbeda tergantung point of view masing-masing. Banyak sekali sumber yang bisa kalian baca juga sebagai referensi. So, semoga tulisan ini membantu teman-teman untuk mendapat gambarannya. Tapi, sekali lagi, silakan ambil yang menurut kalian bermanfaat dan silakan diabaikan saja yang menurut kalian tidak perlu :)

--

Pada seleksi administrasi AAS, selain persyaratan dokumen, kita akan diminta menuliskan essay berdasarkan pertanyaan yang diajukan di website OASIS. Secara garis besar, ada empat pertanyaan yang setelah aku cek dari tahun ke tahun belum berubah hingga saat ini. Berikut adalah poin-poin yang bisa dibahas di setiap pertanyaan yang ada. Oke, kita bahas satu-satu ya!

Why did you choose your proposed course and institution?

  • Hubungkan past, present, dan future plan kita menjadi satu cerita yang berkaitan.
  • Ceritakan background kita dan jangan lupa highlight achievement-achievement di pekerjaan.
  • Sebutkan alasan yang kuat dari pengalaman kita, mengapa kita ingin melanjutkan studi S2 di bidang tersebut.
  • Hubungkan dengan studi prioritas yang diberikan AAS pada tahun tersebut.
  • Tunjukkan urgensi mengapa harus studi di Australia.
  • Highlight keunggulan course secara spesifik, seperti pengajar atau riset di jurusan dan universitas terpilih yang membedakan dengan universitas lainnya.


How will the proposed study contribute to your career?

  • Jelaskan goals dalam short term dan long term dengan spesifik.
  • Jelaskan secara spesifik course, program-program kuliah, atau pengalaman yang akan mendukung karir kita.
  • Jelaskan urgensi atau manfaat karir kita dan studi tersebut untuk Indonesia.


How have you contributed to solving a challenge and to implementing change or reform? (Be specific and include what aspect/s of your leadership knowledge, skills, and practice you consider to be well established and effective, which people or organizations you worked with to solve the problems; and what creative methods were used. 

  • Pilih pengalaman yang memiliki impact yang besar atau berkaitan dengan wider society. Aku pribadi prefer menceritakan satu pengalaman tapi lebih detail daripada menceritakan beberapa pengalaman tapi kurang bisa dieksplor.
  • Gunakan metode STAR (Situation, Task, Action, Result). Di bagian result, kalau bisa diberi kuantifikasi hasilnya.
  • Highlight leadership, inovasi, dan impact yang dihasilkan. Misalnya, berikan penekanan bahwa temen-temen adalah orang yang menginisiasi atau memimpin project tersebut. Tapi ingat, jangan dilebih-lebihkan ya! Ceritakan sesuai dengan kejadian yang ada. Karna kalau ceritanya menarik, bisa jadi nanti digali lebih lanjut oleh pewawancara.


Please a)give up to three practical examples of how you intend to use the knowledge, skills, and connections you will gain from your scholarship. Possible tasks can be personal and/or professional; and b) list any possible constraints you think may prevent you from achieveing these tasks

  • Jelaskan secara spesifik rencana short term dan long term.
  • Jelaskan rencana karir dan purpose social yang berorientasi ke masyarakat luas.
  • Di bagian konstrain, bisa dijelaskan bagaimana cara kita untuk menghandle tantangan tersebut sehingga kita sudah terlihat siap.
--

Nah itu tadi kira-kira poin-poin yang aku bahas di essayku dulu ketika mendaftar di tahun 2018. Sudah cukup lama juga. Sekali lagi, ini tips lolos seleksi essay versi aku ya. Di luar sana, banyak sekali sumber yang bisa teman-teman jadikan sebagai pertimbangan juga. Dan perlu diingat, style penulisan setiap orang berbeda-beda! 

Tips lainnya tentu saja jangan malu untuk minta pendapat orang lain. Minta tolonglah teman atau orang-orang yang sudah memiliki pengalaman serupa untuk proofread. Buat aku pribadi, semakin banyak akan semakin baik. Namun, jangan sampai kita jadi pusing juga untuk memilah-milah mana saran yang cocok.

Mungkin sekian dulu sharing dari aku. Silakan ambil bagian yang menurut teman-teman bermanfaat. Good luck untuk semuanya yang sedang memperjuangkan beasiswa untuk sekolah lanjut!

Thursday, January 14, 2021

How Did I Survive 2020? My Melbourne Lockdown Experience

Tahun lalu adalah masa-masa yang berat untuk banyak orang karna situasi pandemi ini. Yang aku alami di Melbourne, kurang lebihnya sih sama. Di tahun kedua, aku berharap bisa melakukan banyak hal yang ternyata harus dikubur dalam-dalam hahaha. Mungkin aku akan sedikit rewind pengalaman yang aku rasakan di tahun lalu, just to remember how I survived my master life on the pandemic situation.

Januari

Seperti di postingan sebelumnya, Januari 2020, aku kembali ke Melbourne setelah liburan sebentar di Indonesia. Alhamdulillah, aku sangat bersyukur sempat mengajak Bunda ke Melbourne sebelum corona heboh masuk Australia. I had my great time with her.



Februari

Di Februari sebelum semester 3 dimulai, aku ikut program Business Practicum  di Macquarie Bank sebagai bagian dari studiku. Bisa dibilang semacam internship. Bersama dengan beberapa teman, kami bekerja di kantor Macquarie setiap hari. I was so excited karna akhirnya bisa merasakan bekerja secara formal di sini. Jadi bisa merasakan hectic nya setiap hari harus bangun pagi dan satu tram bersama orang-orang berjas yang juga mau berangkat kerja hahaha.

With my team and my supervisor

Meskipun corona sudah heboh di China, kami di Melbourne masih santai. Bahkan beberapa festival besar masih diadakan. Aku dan housemateku, Kak Tantha, sempat pergi ke festival Moomba. Mungkin ini terakhir kalinya kami pergi ke kerumunan orang tanpa bayang-bayang corona. 

Festival terakhir yang aku datengin sebelum corona. Masih bebas tanpa insecure!

Maret

It was when corona came… Kalau nggak salah, aku sempat ikut kuliah selama 3 minggu on-campus dan setelah itu semua dilakukan secara online. Waktu awal-awal masuk, kelasnya lumayan sepi. Karna di jurusanku sendiri, banyak banget mahasiswa Chinese. Sementara sejak bulan Januari, penerbangan dari China udah di banned untuk masuk Australia karna kasus Wuhan yang sangat mengkhawatirkan. Karna hal ini, beberapa teman yang berasal dari China akhirnya harus masuk ke third country, misalnya lewat Thailand, Malaysia, Korea, maupun negara lain agar bisa masuk ke Australia. Di minggu-minggu awal kuliah, dosen-dosen masih sangat optimis bahwa kelas akan penuh pada minggu kelima setelah teman-teman dari China berhasil masuk ke Australia.

At that time, we did not aware at all that the virus would spread all over the world. Bahkan di awal-awal, pemerintah Australia hanya menganjurkan agar masker digunakan oleh orang yang memang mempunyai gejala covid. Jadi, kalau kita memakai masker di tempat-tempat umum, justru orang-orang akan memandang aneh karna dikira kita sudah memiliki virus. One of my Asian friend juga jadi korban rasis gara-gara dia menggunakan masker di tram. Dia mendapat perlakuan tidak mengenakkan karna salah satu orang lokal berkata kasar dan menuduh bahwa kita lah orang-orang Asia yang membawa virus itu datang.

Di bulan Maret, akhirnya semua penerbangan ke Australia dibanned kecuali untuk warga negara Australia dan kita memasuki masa-masa lockdown. Beberapa teman akhirnya harus mengurungkan niatnya untuk kembali ke Melbourne. Beruntungnya, salah satu sahabatku, Elyon, bisa masuk ke Australia tepat sehari sebelum semua penerbangan dibanned setelah dia mengungsi dulu di Korea Selatan. I was so grateful that at least I could see her again. Lockdown kali ini meliputi toko-toko retail yang harus ditutup, pembatasan berpergian yang tidak boleh bergerombol, pembatasan orang yang datang ke rumah.

Lunch terakhir sama Elyon, tepat sehari sebelum lockdown dan semuanya ditutup

Semester ini sebenarnya aku sangat senang karna bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja part-time di kampus. Tapi karna situasinya tidak memungkinkan, akhirnya aku harus di lay-off karna pekerjaannya yang tidak dimungkinkan WFH. Rasanya sangat sedih karna aku sudah beberapa kali apply part-time job di kampus dan gagal. Sekalinya keterima, justru tidak bisa lanjut bekerja. I was so disappointed, but yeah, nothing I could do. 

Tim Telethon Unimelb, tempat aku seharusnya bekerja part-time


Masa-masa lockdown pertama, pagi pun masih sepi di city

April

Di awal-awal kuliah online, aku masih berusaha menyesuaikan diri. Sebenarnya tidak jauh berbeda. Bahkan kalau dilihat-lihat, justru harusnya bisa semakin produktif karna aku tidak perlu siap-siap ke kampus dan tidak perlu melakukan perjalanan ke kampus. Hanya saja, butuh motivasi lebih untuk bisa fokus karna aku terbiasa belajar di perpustakaan. Di rumah, banyak sekali godaan untuk melakukan sesuatu yang lain. Karna di kampus terbiasa bertemu teman dan pergi kesana kemari, jadi belajar di rumah bisa menjadi sangat membosankan.

Untuk mengurangi rasa bosan ini, akhirnya aku sering-sering video call dengan beberapa teman. Aku juga jadi rajin olahraga terutama sama Kak Atika, housemateku. Sehabis olahraga, biasanya kami sekalian pergi beli makan ke daerah city sekaligus jalan-jalan.

Tempat favorit untuk jogging di Princess Park


Biasanya habis olahraga, lanjut jalan ke city sama Kak Atika

Mei

Yang paling berasa adalah tidak bisa menikmati nikmatnya Ramadhan dan lebaran beramai-ramai. Akhirnya, kami bikin acara lebaran sendiri di rumah dengan mematuhi jumlah maksimal orang yang bisa berkunjung. Setidaknya, suasana lebaran masih ada meskipun harus lebaran dengan orang-orang terdekat saja. Ini juga pertama kalinya aku melakukan zoom call dengan keluarga besar dan teman-teman kuliah S1 karna mereka yang di Indonesia juga tidak bisa saling berkunjung. Cukup terharu juga sih, karna dengan adanya zoom call ini, justru lebih bisa silaturahmi dengan lebih banyak orang terutama dengan teman-teman kuliah dulu.



Lebaran di rumah

Zoom call sama Dekatria

Aku dan housemateku juga sempat trip keluar Melbourne untuk menikmati autumn. Bersyukur banget sih masih bisa jalan-jalan. Meskipun banyak banget plan jalan-jalan yang harus dibatalkan karna corona ini, terutama trip ke NZ huhu.


Malmsbury Botanic Garden and Lake

Juni

Juni ini adalah masa-masa ujian. Yang biasanya harus ujian di Royal Exhibition Building, jadi harus online. Dari yang mata kuliah ujian close book, jadi dibuat open book dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Awalnya deg-deg an parah, but I was glad that I did well.

Juli

Sekitar bulan Juni - Juli, retail-retail udah mulai buka. Orang mulai berpergian lagi bahkan tempat untuk dine-in sudah dibuka, sehingga orang sudah bisa nongkrong. Bulan ini adalah winter break. Sebelum Kak Atika balik ke Indonesia, kami serumah sudah berencana untuk pergi melihat salju yang lokasinya cukup jauh dari rumah. Sayangnya, kasus di Melbourne semakin memburuk, akhirnya tempat-tempat wisata pun di tutup lagi. Intinya acara liburan pun gagal total! Alhamdulillah masih sempat jalan-jalan mengunjungi teman meskipun cuma ke tempat-tempat yang dekat.

Agustus - Oktober

Di awal Agustus, akhirnya karna kasus yang justru bertambah tinggi dari sebelumnya, Melbourne memasuki strict lockdown yang mengharuskan kita untuk tidak berpergian lebih dari 5 km dari rumah, mengikuti aturan jam malam, membatasi jam olahraga di luar, dan pergi keluar hanya untuk kepentingan penting. Intinya lockdown yang kali ini sangat strict, bahkan aku sudah tidak bisa pergi ke city hanya untuk membeli makanan. Semua retail tutup lagi. Alhasil, semua rencana bertemu dengan teman-teman pun harus dibatalkan.

Strict lockdown ini berlangsung cukup lama, bahkan hingga akhir Oktober kami baru bisa pergi melebihi 5 km dari rumah. Di semester keempat ini cukup stres sih, karna benar-benar tidak bisa kemana-mana. Karna aku tinggal cukup jauh dari city, jadi tidak banyak hiburan yang bisa dilakukan selain olahraga hahaha.

Overall, bersyukur banget karna masih tinggal di rumah bersama housemateku. Jadi masih ada teman belajar bareng di ruang tamu, masih bisa olahraga bareng, makan bareng, dan mengambil jatah makanan gratis bareng dari kampus. Rasanya benar-benar tidak sanggup kalau harus menghadapi ini sendirian huhuhu.

Buat yoga bareng di rumah

Di hari strict lockdown diumumkan, semua orang panic buying

Di samping kuliah, aku juga punya project lain seperti menjadi Project Consultant di BusinessOne Consulting, sebuah consulting club di kampus, dimana aku dan tim menjadi konsultan untuk perusahaan start-up di Melbourne. Selain itu, aku bersama beberapa teman juga mengembangkan social project, LatihID yang sudah aku ceritakan di post sebelumnya. Jadi, aku bisa semakin sibuk dan tidak merasa kesepian. Aku juga jadi sering dinner sambil zoom call dengan beberapa teman dan yang paling seru, jadi sering main AmongUs bersama teman-teman BusinessOne.

Teman-teman marketing intern LatihID Summer Internship



Dinner bersama tim B1

Bersama Mas Nabil dan Elin, aku juga ikut lomba Start Up di kampus dengan mengikutsertakan LatihID. Selain itu, bersama tim di BusinessOne, aku juga ikut kompetisi Innovation Cup mewakili tim Unimelb. Setidaknya kegiatan-kegiatan ini yang membuat aku jadi menyibukkan diri. I was so grateful for that.

Di semester ini, aku juga mulai sibuk apply pekerjaan dan mengikuti proses rekruitmen secara online. Jujur ini juga salah satu masa-masa yang sulit dan cukup stressful. Tapi alhamdulillah akhrinya aku masih diberi rejeki untuk mendapatkan pekerjaan di masa-masa sulit ini.

November

Di akhir September, sebenarnya aku sudah memutuskan untuk pulang ke Indonesia lebih awal dan menyelesaikan semua ujianku di rumah. Setelah didiskusikan dengan orang tua, ada beberapa pertimbangan yang membuat aku akhirnya memutuskan untuk pulang. Akhir Oktober, ketika kami sudah bisa berpergian lebih dari 5 km, akhirnya aku dan housemateku melakukan pre-graduation photo untuk kenang-kenangan karna acara graduation pun dibatalkan.

Aku pulang ke Indonesia di awal November. Sebelum pulang, aku harus tes PCR yang pada saat itu masih berlaku untuk 7 hari. Tidak seperti aturan yang terbaru, waktu itu aku tidak perlu mengikuti karantina dari pemerintah setibanya di Indonesia karna sudah memiliki PCR test dari negara asal. Pengalaman pulang kali ini benar-benar berbeda karna di bandara Melbourne dan di pesawat pun sepiii sekali. Ketika aku pulang, international border belum dibuka dan interstate border yang dibuka masih sangat minim. Jadi wajar kalau bandara masih sangat sepi. Hal berbeda aku rasakan ketika sampai Indonesia, karna bandara sudah cukup ramai hahaha. Langsung jetlag deh…


Kondisi di terminal internasional

Akhirnya aku menyelesaikan ujianku di rumah dan dan Alhamdulillah officially graduated pada 22 December 2020. Meskipun setahun kebelakang aku tidak bisa menikmati Melbourne seutuhnya, ada banyak hal yang aku syukuri. Karna bisa pulang lebih awal, aku jadi bisa banyak menghabiskan waktu sama orang tua. Selalu bisa makan bareng, olah raga bareng, ngobrol bareng, dll. Mungkin ini jadi salah satu berkah terbesar dari pandemi ini buat aku. Well, I’m starting my new journey on next month! Hopefully ini adalah keputusan yang tepat dan semoga diberkahi untuk perjalanan ke depannya.

Untuk teman-teman yang membaca, stay safe and health ya! GBU!

Friday, December 25, 2020

Closing My Melbourne Chapter

Amid the unfortunate situation, Alhamdulillah, I am beyond blessed to finally accomplish this degree. I am so thankful for all the experiences and life lesson I gained for the past two years. I met so many inspiring people and built friendship that I will always cherish for the rest of my life.

Obviously, I did not do it all by myself. I would like to say thank you so much to my family for the abundant love and continous support. Thank you for always believing in me. 

And I would like to say thank you so much to every single person who became a part of my journey. The ones who supported me with my wish to pursue a master degree, who kindly helped me with the scholarship hunting, who became the great companion during the study, and who were always there for me along the way. Your presence means a lot to me. I could not thank enough for that.

Last but not least, thank you Australia Awards for giving me the opportunity. And thank you The University of Melbourne for giving me the space to experience a lot of incredible things. I will always carry this memorable journey with me. 





This year has been difficult for everyone. I lost many opportunities. But if I think further about it, there are certain things that I would not achieve if the situation was different. I praise Allah for everything that happened to me. I always believe on His way, what's the best for us. 

Hope this pandemic is going to be over. Hope you all stay safe and healthy!

Tuesday, December 8, 2020

LatihID - My highlight of the year

Halo, aku baru aja post artikel di website Indonesia Mengglobal tentang LatihID, social project yang aku rintis bersama Putri, Mas Nabil, Mba Santi, Ersan, dan Rischa. Meskipun setahun kebelakang ngga banyak pengalaman di kampus karna harus lockdown berbulan-bulan, membangun LatihID ternyata menjadi hal yang sangat berkesan buat aku di tahun ini. 

Feel free untuk baca yah di link berikut ini!


Atau kalau penasaran sama project ini, langsung aja visit websitenya :) 


Stay safe everyone! Hopefully keadaan segera membaik ya.

Thursday, July 2, 2020

My AAS Journey Part 4: Introductory Academic Program

Alhamdulillah, akhirnya aku menyelesaikan semester ketiga di tengah-tengah pandemi ini. Aku pribadi merasa kurang bersemangat semester ini karna semua kuliah dan ujiannya online. Tapi tetap harus bersyukur!

Karna periode pendaftaran AAS 2020 sudah lewat dan kemaren sempat ada beberapa orang yang email juga terkait pendaftaran, di kesempatan kali ini mungkin aku akan sedikit berbagi mengenai persiapan yang aku lakukan sebelum memulai perkuliahan di Australia. Tapi karna ini terjadi di awal tahun lalu, aku sedikit lupa-lupa ingat. Semoga pesannya tetap bisa tersampaikan ya :) 

Persiapan keberangkatan


Seperti di post sebelumnya, setelah dinyatakan lolos beasiswa AAS, kita akan melaksanakan Pre-Departure Training (PDT) yang durasinya disesuaikan dengan hasil tes IELTS kita. Setelah periode PDT selesai, yang kita lakukan hanyalah mempersiapkan keberangkatan kita. Pihak AAS sendiri yang akan membantu semua keperluan keberangkatan kita. Mulai dari pendaftaran ke universitas, visa, dan tiket. Jadi, kita tidak perlu khawatir karna semuanya akan ter-manage dengan baik. Program PDT ku sendiri berakhir pada akhir Oktober, yang artinya aku punya waktu sekitar 2 bulan untuk pulang ke Jogja. Sebelum berangkat, aku sudah mulai mencari akomodasi di mailing list komunitas IndoMelb. Jadi untuk urusan akomodasi sudah bisa beres sebelum berangkat. Alhamdulillah, aku langsung mantap dengan akomodasi yang aku booking, yaitu akomodasi yang sebelumnya juga ditinggali oleh orang Indonesia. Beberapa teman juga ada yang memutuskan untuk tinggal di akomodasi temporer dan mencari lebih detail ketika sudah sampai di Melbourne.

Nantinya pihak kampus juga akan menghubungi kita untuk mengurus administrasi secara online, seperti update data diri. AAS sendiri mempunyai perwakilan Student Contact Officer di masing-masing kampus, sehingga mereka bisa memantau para awardee dan membantu keperluan yang kita butuhkan. Apabila kita kesulitan mencari akomodasi, merekalah yang juga akan membantu kita. 

Hari H Keberangkatan


Keberangkatan diatur oleh pihak AAS. Kita akan diberangkatkan beberapa minggu sebelum perkuliahan dimulai karna kita harus mengikuti Introductory Academic Program (IAP). Program ini mirip bentuknya dengan PDT yang dilaksanakan di Indonesia, akan tetapi IAP diadakan langsung di universitas yang kita tuju.  Rombongan Unimelb di angkatanku berangkat pada tanggal 14 Januari 2019 untuk memulai program IAP pada tanggal 21 Januari 2019. Semua awardee dari berbagai daerah tujuan akan berkumpul di Jakarta. Jujur agak lupa juga apakah ada yang berangkat dari Bali. Kemudian kami transit di Sydney dan sampai di Melbourne keesokan harinya. Di bandara, ada pihak kampus yang menjemput kita. Jadi, masing-masing akan diantarkan ke akomodoasi kita. 



Mentoring Session


Para awardee juga akan mendapatkan mentor yang merupakan AAS awardee juga di kampus tujuan. Satu kelompok mentoring terdiri dari beberapa mentee dengan satu mentor. Biasanya akan diassign sesuai negara masing-masing. Nantinya, mentor akan mengontak kita dan membantu kita dalam persiapan keberangkatan. Karna kami sampai pada tanggal 15 Januari dan IAP baru dilaksanakan minggu depannya, kami memiliki beberapa hari untuk mengurus beberapa keperluan. Keesokan harinya, kami diminta datang ke kampus untuk registrasi. Di sana kami bertemu dengan Student Contact Officer (SCO) yang juga menyambut kita dan menjelaskan beberapa hal. Mentor kita juga akan ada disana dan membantu kita. Selanjutnya, mentor akan mengajak kita keliling kampus dan mengurus beberapa keperluan seperti kartu mahasiswa dan juga akun bank. 

Kelompok Mentoring

Campus Tour

Introductory Academic Program


IAP dimulai pada tanggal 21 Januari 2019. Di hari pertama, para awardee AAS dari berbagai negara akan berkumpul. Di Unimelb sendiri, dari tahun ke tahun awardee AAS adalah yang terbanyak dibandingkan dengan kampus lainnya di Melbourne. Di tahunku, Awardee Indonesia mungkin sekitar 30 an orang dari sekitar 100 sekian total awardee.

Hari pertama IAP, performance music traditional khas Aborigin

Program IAP bertujuan membantu kita agar lebih lebih familiar dengan sistem pembelajaran, fasilitas, dan juga lingkungan kampus. Aku pribadi merasa sangat beruntung bisa mengikuti program ini. Karna dibandingkan dengan mahasiswa lain, kita akan jauh lebih siap ketika kuliah dimulai karna kita sudah melalui masa orientasi yang jauh lebih panjang dan detail. 

IAP memiliki durasi yang berbeda-beda untuk setiap kampus. Maka dari itu, keberangkatan para awardeenya pun bisa berbeda-beda. Untuk Unimelb sendiri, IAP berdurasi sekitar 5 minggu. Kurang lebih materi yang diberikan mirip dengan yang kita dapatkan di PDT. Jadi sebenarnya mungkin agak sedikit bosan. Hahaha. Tapi tujuannya adalah mengenalkan kita juga dengan beban perkuliahan dan melatih kita untuk bekerja dalam tim, terutama dengan mahasiswa dari negara lain. Karna di IAP kita akan bercampur dengan awardee dari negara lain. Hal ini bisa benar-benar mempersiapkan kita untuk bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai macam background.

IAP sendiri berlansung dari hari Senin hingga Jumat, dengan jam yang lebih pendek di hari Jumat. Di pagi hari kelas akan dimulai pukul 9.30 AM. Biasanya kita akan ada sesi di main auditorium, dimana semua awardee akan berkumpul. Biasanya materinya bersifat general terkait info-info seputar kampus, seperti bagaimana menggunakan fasilitas library, kegiatan ekstra curricular, dll. Kemudian akan ada break untuk morning tea selama setengah jam, dimana kita akan disediakan free snack. 

Free snack



Setelah itu, akan ada kelas Tutorial selama dua jam. Pengajar IAP sendiri biasanya adalah mahasiswa PhD di Unimelb. Kita akan diajarkan tentang critical thinking, berargumen, dan cara menulis yang baik. Pembagian kelasnya pun berdasarkan latar belakang awardee yang cukup diverse. Di kelas ini, kita juga akan dibentuk grup untuk membuat video mengenai Australia. Tujuannya adalah agar kita dapat mengenal Australia lebih lanjut. 



Bersama teman-teman kelompok video

Proses pembuatan video

Teman-teman kelas Tutorial






Setelah sesi kelas tutorial, kita akan ada break untuk makan siang dan sholat. Untuk makan siang, kita harus membawa bekal sendiri karna tidak disediakan hehe. Selanjutnya akan ada kelas Workshop selama 2 jam. Pembagian kelas ini adalah berdasarkan bidang studi yang kita ambil. Di kelas ini, kita akan lebih berlatih menganalisis academic essay yang kita pilih sendiri dan belajar membuat essay dalam kelompok. Kita akan berlatih presentasi juga karna tugas ini akan kita presentasikan di akhir periode IAP.

Teman-teman Kelas Workshop
IAP tidak selamanya soal belajar kok! Karna ada hari dimana kita belajar untuk lebih percaya diri dengan kegiatan teater yang diadakan di kampus Melbourne Souttbank. Selain itu, ada juga hari khusus untuk excursion, dimana kita diperbolehkan memilih salah satu destinasi wisata di Melbourne secara gratis. IAP sendiri tidak akan menyita banyak waktu kita, sehingga kita bisa jalan-jalan di sela-sela kegiatan atau di akhir pekan. 

Excursion Day to Yarra River

Bersama AAS Awardee se-Victoria

Sempat nonton Harry Potter Play juga

Saint Kilda Festival

Kelas Teater dengan seluruh AAS Awardee Unimelb

Wisata pertama kali dengan AAS Club Unimelb ke Sorento Beach


Setelah IAP selesai, akan ada jeda 1 minggu sebelum kegiatan perkuliahan dimulai pada bulan Maret 2019. Jadi di jeda 1 minggu itu, kita bisa mengikuti orientasi resmi yang diadakan oleh pihak universitas maupun fakultas.


Penutupan IAP

Bersama Ruth, pengajar di Kelas Tutorial

Sekian ceritaku mengenai fasilitas-fasilitas yang bisa kita dapatkan sebagai AAS Awardee. Aku pribadi merasa sangat bersyukur dengan fasilitas ini. Bahkan ketika kita sudah berkuliah, SCO akan selalu memantau perkembangan kita dari segi akademis dan juga mengirimkan banyak info menarik mengenai kesempatan-kesempatan yang ada. Selain itu, sebagai AAS Awardee kita akan mendapatkan entitlement untuk menunjang akademik kita dengan satu sesi konsultasi / tutorial gratis dengan pakarnya. Jadi tidak perlu khawatir! Deborah dan Catherine adalah SCO Unimelb. Mereka sangat baik dan fast response! 

Pengalaman IAP sendiri mungkin akan jauh berbeda per kampus. Karna AAS Awardee Unimelb jumlahnya cukup banyak, mungkin kegiatannya juga lebih terstruktur dan komprehensif. 

Overall, semoga sharing ini bisa memberikan sedikit gambaran ya! Goodluck untuk teman-teman yang sedang mengusahakan beasiswa. Semoga dimudahkan dan dilancarkan perjuangannya. Aamiin.

Di acara Australia Awards Victoria






Sunday, January 19, 2020

3 Days Trip: Goldcoast - Brisbane


My first post in 2020.
Setelah pulang untuk summer holiday di Jogja selama 3 minggu, akhirnya aku balik ke Australia pada tanggal 8 Januari 2020. Karna agenda untuk summer course masih di akhir Januari, jadi aku mengajak Bunda untuk ikut liburan ke Australia selama 10 hari. Bunda juga memiliki waktu yang agak longgar untuk bisa liburan karna di Indonesia perkuliahan juga masih libur. Meskipun pada kenyataannya, setiap hari beliau juga harus menyempatkan untuk menyicil pekerjaan.
Day 1: Currumbin Wild Life Sanctuary Park – Surfer Paradise
Kami sampai di Melbourne pada tanggal 9 Januari dan menghabiskan waktu seharian untuk beristirahat dan berbelanja untuk kebutuhan beberapa hari ke depan. Keesokan harinya, tanggal 10 Januari, kami berangkat ke Goldcoast dari Tullamarine Airport menggunakan pesawat Jetstar. Kami sampai di Goldcoast sekitar pukul 9 pagi. Setelah mengambil koper, kami membeli kartu transportasi yang bisa digunakan di sana. Jadi ada 2 tipe kartu. Yang pertama adalah GoExplore yang pengisiannya adalah daily pass, bisa diisi dengan jumlah hari yang diinginkan. Untuk satu hari, sebagai turis kita bisa menggunakan kartu ini secara unlimited dengan hanya $10. Namun, GoExplore sendiri hanya bisa digunakan pada tram dan bus khusus di Goldcoast saja. Kartu yang kedua adalah GoCard yang bisa digunakan untuk seluruh moda transportasi di Queensland termasuk kereta dan ferry.
Setelah membeli GoExplore, kami pergi ke bus stop terdekat. Karna belum bisa check in di penginapan, akhirnya kami harus membawa koper kami kemana pun kami pergi. Tujuan pertama adalah Currumbin Wild Life Sanctuary Park. Letaknya tidak jauh dari bandara. Untungnya di sana ada tempat penyimpanan koper dengan harga $3 dolar per kopernya. Dibandingkan dengan Wild Life Park yang pernah aku kunjungi di Ballarat, yang ini jauh lebih besar, fasilitas yang lebih banyak, dan lengkap jenis binatangnya. Dengan harga yang cukup mahal juga sih, Adult $50 dan concession $40. Tapi jalan-jalan disini cukup memuaskan karna bisa melihat binatang-binatang yang jarang ditemui hahaha. 






Dari Wild Life Park, selanjutnya kami pergi ke Surfer Paradise menggunakan bus dan tram. Perjalanan cukup jauh sekitar setengah jam lebih. Karna kami harus menitipkan koper kami, sebelumnya aku sudah booking luggage storage secara online dengan harga $10 per koper. Lokasi penitipan barang ada di convenient store, Ezzy Mart yang terletak di dekat pantai. Setelah menitipkan koper, akhirnya kami pergi makan siang dan jalan-jalan di sekitar pantai. Kalau dilihat-lihat, suasana area ini seperti di Bali. Daerah pantai dengan banyak pertokoan di sekitarnya. 







Setelah itu, kami lanjut pergi ke Syk Observation Desk. Harganya $31 dolar untuk adult. Kami naik ke lantai 77 untuk melihat pemandangan Gold Coast dari atas. Pemandangan dari atas sangat lah bagus. Di atas juga ada semacam café untuk membeli makanan dan minuman. Selain melihat dari dalam, ada juga opsi untuk berjalan di tangga yang ada di luar Gedung.





Karna sedang musim panas, pantai-pantai penuh orang. Di sekitar pantai, banyak orang-orang yang berjualan. Kebanyakan adalah kios souvenir dan pernak-pernik. Ada juga beberapa makanan dan minuman yang bisa dibeli.


Akhirnya setelah puas berjalan-jalan di sekitar Surfer Paradise, kami memutuskan untuk pulang. Kami menginap di Airbnb di daerah Elanora yang letaknya dekat dengan bandara. Untuk menuju sana, kami pulang menggunakan tram, bus, disambung lagi dengan menggunakan Ola. Dengan harga $80 per malam, penginapan ini sangatlah nyaman.

Day 2: Explore Brisbane
Keesokan harinya, kami pergi ke Brisbane dengan menggunakan kereta. Sebelumnya, kami membeli kartu GoCard terlebih dahulu agar bisa digunakan lintas kota. Dari penginapan, kami memesan Ola untuk menuju stasiun terdekat, yaitu Varsity Lakes. Perjalanan ke Brisbane membutuhkan waktu sekitar satu jam dua empat puluh menit. Kami turun di Southbank Station dekat pusat kota.
Sesampainya di Brisbane, kami berjalan-jalan di sekitar Southbank yang berada di tepi sungai. Karna hari sedang cerah, tempat ini ramai dikunjungi oleh orang. Di sekitar sungai, banyak restaurant dan orang-orang berjualan. Ada juga kolam renang dan juga taman-taman kecil yang sangat nyaman.





Dari Southbank, kami menyebrang menggunakan ferry menuju Botanical Garden. Ternyata Queensland University of Technology berada di sekitar taman. Tempat ini cukup luas dan cocok untuk bersantai. Namun, dibandingkan dengan Melbourne, rasanya koleksinya lebih sedikit.




Kami lanjut berjalan kaki menuju pusat perbelanjaan di Brisbane sembari menikmati makan siang di sekitar Queen Street Mall. Tempat ini tersusun rapi dengan path yang terstruktur. Setelah makan siang, kami berjalan-jalan di sekitar situ sambal mencari tempat sholat. Kami sempat sedikit bingung karna lokasi praying room yang ditunjukkan di google maps tidak tampak jelas. Padahal google maps sudah menunjukkan kami telah sampai di lokasi. Alhamdulillah ada bapak baik hati yang tampaknya melihat kami yang sedang kebingungan. Kami pun ditunjukkan jalan menuju mushola yang ternyata letaknya berada di belakang pertokoan, dekat area parkir. Lokasi mushola berada di bawah dan memang susah dicari oleh orang yang belum mengetahui. 





Setelah selesai sholat, kami berjalan-jalan di sekitar Brisbane Square. Selanjutnya, kami pergi menuju Roma Street Parkland karna kurang puas melihat koleksi yang berada di Botanical Garden. Kami menggunakan bis dari Brisbane Square. Tamannya cukup luas dan menyenangkan.







Destinasi terakhir adalah menuju area perpustakaan, museum, dan art gallery yang berada di satu kompleks. Karna hari sudah sore, akhirnya kami hanya berkesempatan mengunjungi art gallery dan perpustakaan. 





Day 3: Springbrook National Park – Burleigh Heads National Park
Hari terakhir di Queensland, kami pergi ke Springbrook National Park yang ditempuh dengan 1 jam perjalanan. Kami menyewa mobil di bandara yang letaknya tidak jauh dari penginapan. Karna sekalian checkout, ini memudahkan kami agar koper bisa disimpan di dalam mobil. Sebelumnya, aku sudah booking mobil di Avis, salah satu rent car provider. Sesampainya di bandara, aku hanya tinggal mengonfirmasi bookingan dengan passport, sim international, dan sim Indonesia asli. Perjalanan ke sana cukup menyenangkan karna tidak macet sama sekali hahaha. Kami pergi ke daerah dataran tinggi sehingga jalan cukup berkelok-kelok. Untuk ke daerah national park, kami membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Berbeda ketika di Tasmania, tidak ada biaya yang dipungut untuk masuk ke area national park. Di sini, ada beberapa spot yang bisa dinikmati. Area ini terkenal dengan spot air terjunnya. Orang rata-rata datang kesini untuk berjalan jauh sekitar 2-6 jam. Namun, karna kami hanya ingin menikmati alam, kami hanya berfoto-foto dari area lookout dan berjalan sedikit saja sampai sekitar satu jam. Area national park ini tidak terlalu impresif dibandingkan dengan national park yang ada di Tasmania hehe.








Setelah dirasa cukup, akhirnya kami kembali ke city. Kami pun mampir sebentar di Burleigh Heads National Park yang berada disamping Tallebudgera Beach. Di area parkir, ada aborigin center bernama Sellurgah, namun sayang toko ini tutup di akhir pekan. 



Kami kemudian makan siang di Pacific Fair Shopping Centre, mall di Goldcoast dengan design yang menarik. Dan ternyata parkirnya gratis! Hahaha. Di gold coast sebenarnya sangat terkenal dengan theme park nya, tapi karna aku pergi dengan Bunda, jadi agenda ke taman bermain harus diskip deh hehehe. 

Setelah menghabiskan 3 hari di Goldcoast, akhirnya kami berdua menghabiskan sisa liburan kami di Melbourne 😊