Thursday, January 10, 2019

My AAS Journey Part 3 : Pre Departure Training Australia Awards Scholarships 2018


Hai, ini H-3 sebelum aku berangkat ke Australia. Rasanya ingin merapel semua catatan mengenai proses AAS ini sebelum aku berangkat. So, here we go!

Pengumuman Hasil Seleksi Beasiswa
Ketika seleksi wawancara, peserta diberi tahu bahwa hasil seleksi akan diumumkan pada pertengahan Agustus 2018. Namun, ternyata pengumuman yang ditunggu-tunggu belum juga ada hingga waktu yang diinfokan. Di grup telegram AAS dan whatsapp yang aku ikuti, kami sudah harap-harap cemas. Aku dan beberapa peserta lain juga mencoba mengontak Help Desk AAS namun setiap hari jawabannya adalah “masih belum”. Sampai akhirnya, hari itu pun tiba. tanggal 28 Agustus 2018 sekitar pukul setengah 5 sore, grup shortlisted di whatsapp mulai ramai karena kabarnya di kaskus sudah ada orang yang mengabarkan bahwa dirinya dinyatakan lolos sebagai awardee. Screenshotan email juga sudah beredar di grup. Akan tetapi, belum ada satu pun dari kami di dalam grup itu yang mengaku bahwa sudah mennerima hasil seleksi. Dengan harap-harap cemas kami menunggu dengan sabar.

Hingga pukul 7 malam, aku belum menerima email hasil seleksi. Jam 8, 9, 10 malam, email yang ditunggu-tunggu belum juga muncul. Aku pun mengirim chat di grup keluarga dan ke teman terdekat bahwa mungkin aku tidak diterima. Sebelumnya aku juga sudah menghubungi Help Desk AAS dan mereka menyatakan bahwa pengumuman akan dikirimkan hari itu juga. Jadi saat itu aku merasa bahwa besar kemungkinan aku tidak diterima karna hingga larut malam, email kelulusan belum juga aku dapatkan. 

Tiba-tiba saja ada notifikasi email di HP ku bertuliskan "Australia Awards in Indonesia 2018 – Selection Outcome" tepat pukul 23.00 WIB. Aku segera membaca isi email dan attachment itu berulang-ulang kali saking tidak percayanya. Aku sangat sangat sangat bersyukur. Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan ini. Jadi, ketika di hari H pengumuman kalian belum mendapatkan email, tunggu saja dengan sabar. Karna bisa jadi email akan datang sangat-sangat larut. Bahkan ada teman di grup yang menerima hasil seleksi pukul 2.00 pagi keesokan harinya. Bersamaan dengan email notifikasi kelulusan, ada scholarship acceptance form yang harus kita tanda tangani.

Pre-Departure Training
PDT harus diikuti oleh semua awardee AAS tanpa terkecuali sebagai syarat untuk melaksanakan studi ke Australia. Durasinya berggantung pada hasil tes IELTS yang kita dapatkan. Untuk awardee dengan overall band 6.5 ke atas dan masing-masing band tidak ada yang dibawah 6, akan masuk ke kelompok PDT 7 Weeks. Sedangkan jika overall 6.5 ke atas, namun ada band yang di bawah 6, maka akan masuk ke kelompok PDT 9 Weeks. Setauku juga ada kelompok PDT untuk 4.5 bulan dan 9 bulan. Lokasi PDT adalah di Jakarta dan Bali. Di Bali hanya lah untuk para awardee yang berasal dari daerah timur. PDT bermaksud untuk mempersiapkan para awardee dalam mendaftar ke universitas yang dituju dan mempersiapkan para awardee untuk studi di Australia nantinya. Universitas di Australia rata-rata membutuhkan nilai IELTS overall 6.5 dengan tidak ada individual band yang dibawah 6.

Aku sendiri masuk ke dalam kelompok 7 Weeks. Lokasi PDT di Jakarta sama dengan lokasi tes IELTS dan interview, yaitu di IALF Jakarta Plaza Kuningan. Kelompok 7 Weeks dan 9 Weeks memulai kegiatan PDT bersamaan yaitu pada tanggal 6 September 2018. 7W menyelesaikan PDT pada tanggal 19 Oktober 2018, sedangkan 9W masih harus melakukan tes IELTS di akhir PDT untuk mendapatkan nilai individual band di atas 6. Menurutku, beasiswa AAS sungguh sangat menguntungkan bagi para awardee. Di saat seleksi, kita akan mendapatkan tes IELTS gratis yang nantinya akan dipakai untuk mendaftarkan diri ke universitas. Sedangkan apabila nilainya belum cukup, kita akan dipersiapkan di PDT untuk mengikuti tes lagi yang biayanya ditanggung oleh AAS. Bagi awardee PhD juga akan ada tambahan pembekalan 2 minggu lagi.

Oiya, selama PDT, kita juga akan mendapatkan stipend yang jumlahnya sekitar 3 juta rupiah setiap bulannya di mulai sejak tanggal PDT hingga keberangkatan. Dalam kasusku, berarti mulai dari Agustus hingga Desember 2018. Bagi pekerja swasta sepertiku yang harus resign dan sudah tidak menerima gaji lagi, hal ini sungguh berarti hehehe. Apalagi stipend ini bisa membantu membiayai kebutuhan di Jakarta selama PDT berlangsung.

Dokumen yang diperlukan
Ada waktu kurang dari seminggu bagiku untuk menyiapkan dokumen-dokumen PDT. Aku harus pulang ke Yogyakarta untuk mengurus dokumen-dokumen tersebut. Tiket PP ke lokasi PDT juga akan dibiayai oleh AAS apabila lokasi asal sesuai dengan alamat yang ada di KTP. Berikut adalah dokumen-dokumen yang diperlukan saat PDT:
a. Surat Keterangan Catatan Kepolisian asli
Aku harus pulang untuk mengurus ini karna SKCK hanya bisa diurus di daerah asal.
b. Foto 3x4
c. Akun bank BCA
Semua awardee diwajibkan mempunyai rekening BCA karena stipend hanya akan dikirimkan ke rekening BCA
d. Akta kelahiran / passport
e. Ijazah S2 dan/ atau S1 (menyertakan ijazah D3 bagi lulusan D4)
f. Transkrip nilai S2 dan/atau S1 (menyertakan transkrip D3 bagi lulusan D4)

Agenda selama PDT
Selama PDT, ada beberapa agenda yang dilaksanakan.
a. Initial Briefing
Pada sesi ini, kita akan diberikan informasi secara menyeluruh tentang beasiswa AAS.
b. HAP (Health Assessment Portal) Training
Sebagai salah satu syarat mengajukan visa, kita diharuskan untuk melakukan medical check up. HAP Letter merupakan dokumen yang diperkukan dalam health assessment process. Biaya medical check up akan dibiayai oleh pihak AAS.
c. Placement and Mobilisation briefing
Kita akan memperoleh informasi tentang universitas, proses visa, pemberangkatan, dll.
d. Online Visa Training
Kita akan dipandu untuk apply visa. Semua akan dibantu pengurusannya oleh pihak AAS.
e.  Course Information Day
Salah satu hal yang menurutku sangat baik dari beasiswa ini adalah kita diberikan sesi untuk mengenal universitas-universitas Australia dengan lebih baik secara langsung. Di pos sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa pada saat aplikasi kita diwajibkan memilih 2 pilihan universitas. Namun, ketika sudah menjadi awardee beasiswa, kita berhak untuk mengganti pilihan universitas apabila ternyata setelah mempelajari lebih lanjut, kita merasa pilihan sebelumnya tidak sesuai. Yang perlu digaris bawahi adalah kita diperbolehkan mengganti universitas, asalkan bidang/jurusan yang dipilih sesuai dengan pilihan awal kita. Sesi ini merupakan sesi pameran yang sebenarnya dibuka untuk umum, namun sesi pagi adalah khusus untuk awardee AAS. Jadi kita bisa dengan leluasa bertanya dengan para perwakilan universitas. Apabila nantinya kita memutuskan untuk mengubah pilihan universitas, alasannya harus dijelaskan secara jelas. Proses pendaftaran ke universitas sendiri akan diurus oleh pihak AAS setelah kita mengisi form final decision pilihan universitas yang akan kita tuju. Apabila ada dokumen lain yang diperlukan, pihak AAS akan memberi tahu kita.


f. Pre-Departure Briefing
Sesi ini merupakan summary dari semua persiapan kita ke Australia. Pada sesi ini, AAS menghadirkan pembicara dari kementrian dan alumni dimana kita bisa bertanya kepada mereka.





Selama PDT, kita akan belajar mengenai english for academic purpose, critical literacy skill, learning strategies and study skill, serta cross culture skill. Ada juga tugas-tugas yang harus dikerjakan seperti discussion essay, research paper, dan academic poster presentation. Overall, aku sangat menikmati masa-masa PDT ini karna aku bisa berkesempatan untuk bertemu banyak orang baru. Selain itu, AAS benar-benar memberikan kita kesempatan untuk mempersiapkan diri menuju perkuliahan di Australia seperti dengan meningkatkan academic writing skill, dll. Fasilitas yang diberikan di IALF juga sangat cukup untuk menunjang apa yang kita kerjakan.

Untuk awardee yang sudah diterima di universitas masing-masing akan diberangkatkan pada semester 1, yaitu pada bulan Januari 2019. Sementara awardee yang mengikuti PDT lebih lama atau harus defer, akan diberangkatkan pada semester 2, yaitu pada pertengahan tahun. Untuk kasus defer, harus dikomunikasikan dengan pihak AAS secara langsung. Di Australia, para awardee juga diwajibkan untuk mengikuti IAP (Introductory Academic Program). Jadi, awardee AAS akan berangkat lebih dulu sebelum orientasi dari universitas berlangsung untuk dipersiapkan terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan akademik. 




Cross Cultural Class with Barbara
Poster Presentation
7 Week 5 Class
Kelas yang rame banget, kebanyakan ketawanya daripada seriusnya. How I miss this class and all the silly things inside. Seru banget! Seneng banget bisa kenal sama semuanya. Spesial thanks to Kak Gio, Kak Mona, Kak Dina, Mas Puji, Kak Dayu, Mas Arya, Mas Denny, Kak Bubuw, Mas Todo, Mas Ray, Mas Sani, Mas Guin, Kak Arti, Kak Indri, Mas Agus, & our funny teacher Steve yang udah bikin hari-hari PDT semenyenangkan itu. Wishing you the best guys for your study and future career! :D

Batik Day



Makan-makan #1




Makan-makan #2
Makan-makan #3
Nonton dan jalan-jalan
Our last day of PDT


Overall, menurutku banyak sekali keuntungan-keuntungan yang didapatkan ketika mendapatkan beasiswa AAS ini. I thank Allah for His blessings and thank you Australia Awards for this rewarding opportunity. Semoga sharing yang aku tulis di blog tentang beasiswa AAS ini bermanfaat ya! :)


My AAS Journey Part 2: Seleksi Tahap 2 Australia Awards Scholarships 2018 (JST Interview dan Tes IELTS)


Menyambung tulisan sebelumnya mengenai seleksi tahap pertama untuk beasiswa AAS, di post kali ini aku akan berbagi pengalaman mengenai seleksi tahap kedua yaitu interview dan tes IELTS. Setelah menerima kabar bahwa aku lolos interview, aku berusaha menyiapkan diri sebaik mungkin. AAS akan memberi tahu dimana kita akan melakukan tes. Untuk tahun 2018, seleksi diadakan di beberapa kota yaitu Jakarta, Aceh, Papua, Kupang, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Mataram, dan Ambon. Untuk di Jakarta sendiri lokasi tes berada di IALF (Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris), Plaza Kuningan.

a. Tes IELTS
Di undagan tercantum bahwa seharusnya aku melaksanakan tes IELTS pada tanggal 7 Juli 2018. Namun, karena hasil tes IELTS yang aku gunakan untuk mendaftar AAS adalah hasil tes yang aku dapatkan pada bulan April 2018, hasilnya masih dianggap baru dan valid. Sehingga tes IELTS dalam rangka seleksi ini bisa ditangguhkan. Aku hanya perlu mengirimkan hasil tes IELTS asliku ke kantor Australia Awards Indonesia. Hasil IETLS yang dikategorikan sebagai hasil yang baru adalah tes yang dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan terkahir dari jadwal tes IELTS kita masing-masing. Jadi meskipun dilakukan pada tahun yang sama, jika melebihi 3 bulan, maka tes IELTS harus tetap dilakukan. 

AAS tidak mencari orang yang bisa mendapatkan nilai IELTS setinggi-tingginya. Yang terpenting sudah mencapai batas minimal band yaitu 5,5. Hasil tes IELTS kemudian akan digunakan untuk menentukan masa Pre-Departure Training yang akan dilaksanakan oleh awardee sebelum berangkat ke Australia. Semakin tinggi nilai yang kita dapatkan, maka durasi Pre-Departure Training yang akan kita tempuh semakin singkat. Di post sebelum-sebelumnya aku sudah membagikan kiat-kiat yang aku lakukan dalam menghadapi tes IELTS. Semoga bisa bermanfaaat :)

b. Interview akademik dengan Tim Seleksi Bersama (Joint Selection Team)
Interview ini dilakukan oleh Tim Seleksi Bersama antara pihak Indonesia dan Australia. Untuk program master, tim seleksi terdiri dari 1 orang Indonesia dan 1 orang Australia. Sedangkan untuk program PhD, tim seleksi terdiri dari 2 orang Indonesia dan 2 orang Australia. Untuk lebih lengkapnya, teman-teman bisa melihatnya di video berikut:


Yang aku suka dari beasiswa ini dan pengelolanya, dari awal semua informasi diberikan secara transparan. Bahkan sebelum interview, kita sudah diberi tahu akan seperti apa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dan poin-poin penilaiannya. Jadi, kita benar-benar bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dalam interview ini ada 3 hal yang ditekankan, yaitu kompetensi akademik, atribut kepemimpinan professional dan personal, serta hasil potensial.

Aku dijadwalkan untuk melakukan seleksi wawancara pada tanggal 25 Juli 2018 di IALF Kuningan. Karna aku mendapatkan notifikasi bahwa aku dinyatakan sebagai shortlisted candidate pada tanggal 13 Juni 2018, jadi aku memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Rata-rata teman-teman yang berada di luar kota Jakarta melaksanakan seleksinya terlebih dahulu. Aku sangat bersyukur karena memiliki waktu persiapan yang lebih. 

Jadi apa saja yang aku lakukan untuk mempersiapkan diri?

a. Banyak membaca dan mencari referensi di internet mengenai wawancara beasiswa
Sejak dinyatakan lolos, aku banyak sekali membaca bahan-bahan tentang wawancara beasiswa di internet baik tulisan di blog atau video di youtube. Di internet banyak sekali materi yang bisa teman-teman lihat dan menurutku semuanya sangat membantu. Karna awal mula aku tahu beasiswa ini dari salah satu dosen UGM yang pernah aku hadiri seminarnya, Bapak I Made Andi Arsana, tentu saja aku juga banyak membaca dari blog yang beliau tulis. Blog beliau sangat membantu karna disana kita bisa menemukan list pertanyaan wawancara yang biasanya dikeluarkan. Tapi selain itu, aku juga mendapatkan banyak sekali referensi dari sumber-sumber lainnya. Tidak hanya tentang pertanyaan tapi juga tentang bagaimana kita bersikap dalam menghadapi wawancara tersebut.


b. Membuat daftar pertanyaan pribadi dan mempersiapkan jawabannya
Setelah mengumpulkan referensi dari berbagai sumber, aku mencoba untuk membuat daftar pertanyaanku sendiri dan jawaban yang harus aku siapkan. Kira-kira aku membuat lebih dari 70 daftar pertanyaan dan jawaban. Jadi, bagaimanapun bahasa yang digunakan oleh si pewawancara untuk menanyakan suatu hal, kita harus siap menjawabnya dengan jelas.

c. Membaca dan menggali informasi lebih tentang Australia dan Indonesia
Tidak hanya soal kampus atau cara kita beradaptasi di sana nantinya, tapi kita harus paham mengenai hubungan Indonesia dan Australia saat ini. Bagaimana hubungan ekonomi, politik, dan kerjasama lainnya. Selain itu, isu-isu yang ada di Indonesia sendiri harus kita perhatikan. Seperti apa saja urgensi masalah yang harus diselesaikan, dll.

d. Meminta orang-orang terpercaya untuk melakukan proofreading essay / poin-poin penting wawancara
Dalam wawancara beasiswa, poin penting yang akan dibahas adalah mengenai past, present, dan future. Jadi meskipun aku memiliki banyak sekali daftar pertanyaan, poin-poin krusial dalam wawancara lah yang harus kita perhatikan. Aku melihat lagi essay yang aku tulis dan poin-poin penting yang harus aku sampaikan. Aku membuat draft khusus untuk beberapa poin pertanyaan penting yang aku bagikan ke keluarga dan beberapa teman. Aku meminta tolong mereka untuk mengoreksinya dan memberikan feedback tentang apa yang masih tidak jelas dan harus diperbaiki. Terimakasih banyak untuk Bunda, Mas Aji, Mas Hibran, Mas Sandy, Shafa, Icha, dan Karin. Mungkin kadang kita tidak merasa percaya diri untuk membagikan hal-hal seperti itu kepada orang lain, tapi justru dengan feedback yang diberikan oleh orang lain, kita bisa merasa lebih percaya diri untuk menghadapi wawancara. Jadi, jangan sungkan untuk membagikannya dengan orang-orang terdekat yang bisa kita percaya.

e. Bertanya kepada orang-orang yang sudah memiliki pengalaman wawancara
Ketika tau aku mendaftar beasiswa ini, Karin, temanku memberikan aku kontak kenalannya yang juga awardee AAS. Beruntunglah aku bisa menghubungi Mba Icha untuk menanyakan beberapa hal. Selain itu, beberapa hari sebelum wawancara, aku juga menghubungi Mas Nabil yang kontaknya aku dapat dari Mas Anton untuk share pengalaman wawancara. Karna kebetulan Mas Nabil sudah officially menjadi awardee tahun sebelumnya tapi terpaksa harus defer. Beruntungnya aku juga sempat mendapatkan saran via chat dari Bapak Made Andi. Well, rasanya kalau kita punya kesempatan sharing dengan orang-orang yang sudah melaluinya lebih dulu, persiapan kita menjadi lebih matang.

f. Latihan wawancara
Selain membaca, berlatih wawancara secara lisan sangatlah perlu agar kita tidak tergagap-gagap saat menjawab pertanyaan. Terimakasih Prinka, rommateku sewaktu itu yang sudah berbesar hati melihatku harus latihan wawancara setiap malam di kos hehehe.

g. Berdoa dan meminta doa restu
Aku percaya bahwa kekuatan doa itu sangatlah penting. Ketika mendapatkan email notifikasi bahwa aku dinyatakan shortlisted, aku menghubungi keluarga dan beberapa teman terdekat. Salah satunya untuk minta didoakan yang terbaik dalam proses ini. 

Hari H wawancara
Tanggal 25 Juli 2018, aku berangkat ke IALF cukup awal dibandingkan dengan perserta lain karna ternyata kosku sebegitu dekatnya dengan lokasi hahaha. Pukul 8 kurang aku sudah sampai di lokasi dan Bapak Penjaga mengantarku untuk menunggu di aula IALF. Disitu kami bisa melihat di papan mengenai grup wawancara kami masing-masing. Kalau tidak salah ingat, grup 1 adalah grup untuk wawancara PhD yang berisi 4 orang pewawancara. Sedangkan sisanya adalah grup untuk wawancara Master yang berisi 2 orang pewawancara. Dalam 1 grup sendiri, pewawancara akan mewawancarai setidaknya 5 orang dengan estimasi waktu 20 menit untuk master. Sedangkan untuk PhD mungkin sedikit lebih lama karena dalam 10 menit pertama peserta harus mempresentasikan proposal penelitian mereka.

Acara dibuka kurang lebih pukul 9 oleh salah satu tim pewawancara. Ada briefing dulu yang disiapkan untuk peserta. Disitu kami diperkenalkan terlebih dahulu kepada para pewawancara. Bahkan kami diberi tahu pewawancara ini ada di grup yang mana. Mereka memperkenalkan nama mereka dan juga background pendidikan mereka. Yang pasti, disini kita harus jeli. Alangkah lebih baik jika kita tahu nama mereka sehingga kita bisa menyapanya di ruang wawancara. Tahu backgroundnya juga adalah nilai plus, jadi kita bisa memperkirakan apa bidang yang dikuasai mereka. Ternyata mereka semua sangat ramah. Dari hari sebelumnya, aku meresa sangat deg deg an. Tapi justru mereka semua memberi motivasi yang seakan menghilangkan ketakutan. Pada sesi itu dibuka juga sesi Q&A, jadi kami bisa menanyakan hal-hal yang dirasa kurang jelas.

Aku mendapatkan urutan nomor dua di grup wawancaraku. Kebetulan kedua pewawancaraku bukan berasal dari bidang yang sama dengan bidang yang aku daftar. Overall, dari pengalaman wawancara yang aku lakukan, aku merasa tidak di jugde sama sekali atas jawaban-jawaban yang aku lontarkan. Ketika aku menjawab sesuatu yang dirasa kurang pas, bahkan mereka akan memberi saran yang menurutku oh iya benar juga ya…. Aku merasa wawancara ini seakan seperti sharing yang menyenangkan. Untuk pertanyaan-pertanyaannya, ini adalah beberapa pertanyaan yang aku ingat.

a. Hubungan past, present, dan future kamu seperti apa?
Menurutku ini adalah kesempatan dimana kita bisa melakukan pitching. Karna pertanyaan ini sangat luas jawabannya. Jadi persiapkan jawaban pertanyaan ini dengan baik. Take your time about 1,5-2 minutes untuk menjawab pertanyaan ini sejelas-jelasnya. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya kurang lebih akan mengikuti jawaban yang kita lontarkan untuk menjawab pertanyaan ini.
b. Kamu kan melenceng banget ya ambil studi yang tidak linear dengan background S1 kamu. Bagaimana cara kamu mengatasinya?
Well ada banyak pertanyaan printilan tentang berpindah jurusan ini. Aku bisa melihat di wajah mereka, ada keraguan yang sangat mendalam terhadapku hehehe. Jadi buat teman-teman yang berkeinginan untuk pindah jurusan, kalian benar-benar harus menyiapkan jawaban yang jelas-sejelasnya. Jadi kalau ditanya apakah bisa cross major? Bisa, asal hubungan past, present, dan future kita ada benang merahnya.
c. Apa perbedaan dua universitas yang kamu pilih?
Aku sudah pernah menjelaskan kalau kita berhak memilih dua universitas pada aplikasi kita. Disini mereka akan membahas dua universitas ini. Jangan bahas hanya soal rankingnya aja. Tapi lebih ke course, pengajar, dan juga jurnal-jurnal yang diterbitkan. Banyaklah membaca. Jadi kita bisa benar-benar paham mengapa kita memilih universitas dan jurusan tersebut.
d. Apa pengalaman yang kamu dapat selama kamu bekerja dan kuliah?
Mereka membahas pengalaman-pengalaman di pekerjaan, perkuliahan, dan lingkungan sosial.
e. Di essay kamu menuliskan blablablabla? Apa yang kamu maksud dengan ini?
Mereka akan sedikit banyak kembali membahas essay yang kita tulis pada aplikasi. Jadi, kita harus benar-benar paham tentang apa yang kita tulis. Apabila memang our first essay is not our best version, alangkah baiknya kita menjelaskan lagi disini agar pewawancara bisa menangkap maksud kita.

Percayalah bahwa waktu di ruang wawancara akan terasa amat singkat. Jadi berikan jawaban-jawaban sejelas-jelasnya. Bahkan keluar dari ruang wawancara, aku masih sangat tidak yakin terhadap jawaban-jawaban yang aku berikan. Tapi, apa yang bisa kita lakukan? Pasrah dan tawakkal sama Allah :) 

Selepas wawancara, aku kembali ke aula IALF dan bertukar cerita dengan para peserta lain. Kami semua sama-sama merasa tidak yakin tapi merasa sangat lega. Karna feedback yang kami dapat benar-benar positif. Tidak ada komentar-komentar menggurui. Meskipun menurutku, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pewawancara Australia yang ada di grupku sedikit lebih demanding. Well, itulah pengalaman pertamaku dalam wawancara beasiswa. Jadi, aku tidak bisa membandingkannya dengan wawancara beasiswa lain. Tapi aku harap ini bisa membantu kalian untuk menghadapi wawancara beasiswa :)

Wednesday, January 2, 2019

My AAS Journey Part 1: Seleksi Tahap 1 Australia Awards Scholarships 2018 (Administrasi)


Dengan berbekal semangat untuk berbagi, di post pertama di tahun yang baru ini aku bakalan ngelanjutin untuk sharing pengalaman dalam mendaftar beasiswa Australia Awards Scholarships yang akhirnya aku dapatkan untuk melanjutkan studi S2 ku. 

Australia Awards sendiri memberikan bantuan beasiswa pendidikan kepada masyarakat Indonesia yang terbagi dalam 2 term, Short Term Awards dan Long Term Awards. Short Term Awards adalah beasiswa yang diperuntukkan bagi mereka yang ingin menjalani program short course, sedangkan untuk mereka yang ingin menempuh pendidikan untuk mendapatkan gelar master atau PhD, jalurnya adalah melalui Long Term Awards. Long Term Awards sendiri memiliki beberapa kriteria utama untuk penerimanya seperti mereka yang berasal dari daerah geografi terfokus, PNS, dan penyandang difabilitas (public sector) dengan kuota sebesar 70% dari total penerima, sedangkan sisanya diperuntukan untuk non-targeted seperti yang berasal dari swasta (open sector). Beasiswa ini meliputi biaya kuliah, biaya hidup, tiket pesawat, asuransi kesehatan, dan bantuan akademik lainnya. Info lengkap mengenai beasiswa ini dari syarat, timeline, proses seleksi, dokumen yang diperlukan, apa saja yang dicover, dll bisa didapatkan di website berikut:

Untuk mengetahui beasiswa ini lebih detail, teman-teman juga bisa membacanya di handbook berikut:

Khusus untuk Indonesia, AAS menyediakan brosur khusus mengenai beasiswa ini yang bisa teman-teman baca disini:

Mengapa memutuskan ke Australia?

Aku mengenal beasiswa ini sejak ada di bangku kuliah. Waktu itu aku sempat datang ke seminar di Teknik Geodesi UGM mengenai studi di luar negeri. Salah satu pembicaranya adalah Bapak I Made Andi Arsana, dosen yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa UGM. Disitu beliau bercerita mengenai pengalaman beliau sekolah di luar negeri menggunakan beasiswa Australia Awards. Dari situlah aku mulai mengenal beasiswa ini tanpa ada keinginan sama sekali untuk melanjutkan sekolah di Australia. Sampai pada akhirnya aku bekerja dan masih berkeinginan untuk melanjutkan studiku. Sewaktu SMA, Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk mengikuti program exchange ke Warrnambool College, Australia selama beberapa minggu. Aku juga berkesempatan untuk pergi ke The University of Melbourne. Entahlah, aku pikir karna sudah berkesempatan pergi ke Melbourne, aku ingin sekali pergi ke tempat yang lain jika nantinya aku diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. As simple as that. Karna untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri membutuhkan beasiswa, seperti di post sebelumnya, aku memilih untuk menargetkan beberapa beasiswa seperti LPDP, Stuned, dan Chevening dengan tujuan ke Eropa. Sehingga aku tidak pernah memikirkan tentang AAS dan tidak memperhatikan timeline dari beasiswa ini.

Cerita bermula ketika aku iseng-iseng searching mengenai beasiswa untuk S2. Salah satu yang muncul adalah Australia Awards Scholarships. Aku pun membuka web resmi Australia Awards dan membaca persyaratan, timeline, dan hal-hal penting lainnya. Di tahun 2018, saat persaingan untuk LPDP semakin ketat dengan tes yang begitu beruntun dan opsi universitas yang sangat dibatasi khususnya untuk open sector, aku mulai berpikir mengenai opsi-opsi lain. Ya sudah bukankah tidak harus pergi ke Eropa? Kemudian aku mengirim chat kepada Bunda, berkonsultasi tentang beasiswa ini. Hari itu adalah tanggal 23 April 2018, sedangkan deadline pengumpulan berkasnya adalah tanggal 30 April 2018. Padahal beasiswa ini sudah dibuka sejak tanggal 1 Februari 2018. WAKTUKU BENAR BENAR TINGGAL 8 HARI….. Akhirnya berbekal Bismillah dan dukungan dari Bunda yang semakin meyakinkanku bahwa menempuh pendidikan di luar negeri dimanapun itu insyaAllah akan bisa bermanfaat, aku berniat untuk mendaftar beasiswa ini. Selain itu, untuk menunjang karir yang aku jalani sekarang dan cita-cita di masa depan, aku berencana mengambil bidang yang literally cross major dengan bidang S1 ku. Universitas-universitas di Australia cukup bergengsi untuk bidang tersebut. Jadi, ya, akhirnya tekadku sudah bulat untuk mencoba. Pikiran agak kalang kabut juga untuk mengerjakan aplikasi dan essay yang hanya dalam 8 hari. Namun, karna aku sudah dan sedang mempersiapkan aplikasi beasiswa lain, maka poin poin penting dalam essay yang harus ditulis hanya perlu dikembangkan lagi. 

Jadi bagaimana proses aplikasi yang aku tempuh?

1. Mengisi aplikasi di website OASIS


Aplikasi online bisa diisi di website OASIS https://oasis.dfat.gov.au/. OASIS adalah Online Australia Awards Scholarships Information System sedangkan DFAT adalah Department of Foreign Affairs and Trade yang memfasilitasi beasiswa ini. Melalui aplikasi online ini, kita juga diharuskan untuk meng-upload dokumen-dokumen yang diperlukan. Sangat disarankan untuk tidak upload di tanggal-tanggal mendekati deadline aplikasi karna bisa jadi websitenya menjadi sulit untuk diakses. Semua dokumen yang dibutuhkan tertera dengan jelas di website Australia Awards Indonesia. Ada guidebook yang bisa didownload. Satu guidebook untuk OASIS online application dan satu lagi prosedur khusus untuk Indonesian applicant. Pastikan teman-teman memperhatikan dengan baik dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan dan mana dokumen yang harus dilegalisir. Di aplikasi OASIS, teman-teman akan diminta untuk mengisi informasi-informasi seperti berikut:

a. Personal details
b. Contact details
c. Proposed Study Program  
Yang perlu digaris bawahi adalah kita tidak perlu LOA untuk mendaftar beasiswa ini. Yang menurutku sangat memudahkan.
Pada aplikasi ini, teman-teman diwajibkan untuk mengisi 2 pilihan bidang studi dan universitas yang ingin dituju. Masing-masing universitas di Australia memiliki kode CRICOS atau kode bidang studi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi, pastikan teman-teman mengecek dengan baik di website universitasnya karena kode tersebut juga harus ditulis dalam aplikasi. Teman-teman bisa memilih studi master by coursework tanpa research dan juga master dengan beberapa persen research. Rata-rata pendidikan master di Australia ditempuh dalam 1-2 tahun tergantung bidang studinya. Sedangkan untuk PhD rata-rata ditempuh dalam 4 tahun. Saranku, teman-teman harus research mengenai program studi yang ingin teman-teman ambil dan bandingkan bidang studi tersebut dari satu kampus dengan kampus lainnya. Ambil kampus yang benar-benar cocok dan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Karena di proses wawancara nanti, alasan-alasan itulah yang akan digali oleh interviewer. Setelah teman-teman dinyatakan lulus, pihak AAS sendirilah yang akan mendaftarkan kita ke kampus tujuan. 
d. Education background
e. English Language Details
f.  Computer Literacy Details
g. Current Employment
Kolom ini salah satu yang akan menjelaskan apakah teman-teman dikategorikan sebagai targeted or non targeted awardee. Kita harus menjelaskan dengan detail apa pekerjaan kita sekarang, apa tanggung jawab kita di dalam pekerjaan, asal sektor dari public atau swasta, apakah ada niat kembali ke kantor kita yang sekarang, dan apa rencana kita setelah menyelesaikan studi kita nanti.
h. Previous Employment.
i.  Professional Membership
j.  Supporting Statement
Di bagian ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Pertanyaannya adalah sebagai berikut:
  • Why did you choose your proposed course and institution?
  • How will the proposed study contribute to your career?
  • How have you contributed to solving a challenge and to implementing change or reform? (Be specific and include what aspect/s of your leadership knowledge, skills, and practice you consider to be well established and effective, which people or organizations you worked with to solve the problems; and what creative methods were used.
  • Please a)give up to three practical examples of how you intend to use the knowledge, skills, and connections you will gain from your scholarship. Possible tasks can be persoal and/or professional; and b) list any possible constraints you think may prevent you frm achieveing these tasks.
Setelah teman-teman meng upload semua dokumen yang dibutuhkan, pastikan kalian juga menerima email konfirmasi dari OASIS via email bahwa teman-teman sudah submit sampai akhirnya nanti kita menerima email konfirmasi bahwa semua dokumen sudah ter-upload dengan sukses. Tenang saja, apabila terjadi error, OASIS akan memberi kita notifikasi supaya mengupload kembali dokumen yang dibutuhkan. Akhirnya berbekal kebut kilat setiap malam begadang untuk menyelesaikan aplikasi dengan bantuan Bunda yang selalu menjadi super heroku, aku memberanikan diri untuk submit pada tanggal 27 April 2018 karena takut sistemnya down kalau aku submit terlalu mepet. 


2. Mengisi aplikasi online di website Australia Awards Indonesia
Setelah mendaftar melalui OASIS, please teman-teman jangan sampai lupa untuk melengkapi aplikasi online di website Australia Awards Indonesia,  www.australiaawardsindonesia.orgsebagai Additional Information for Online Application. Kemarin aku sempat lupa untuk mendaftar disini. Untungnya beberapa jam setelah itu, aku tergerak untuk membaca lagi brosur Australia Awards Indonesia yang menyatakan kita harus melengkapi juga Additional Information di website AAI. Alhamdulillah Allah mengingatkan aku. Berdasarkan keterangan di brosur Australia Awards Indonesia yang linknya aku bagi di atas, Intake 2020 sudah pasti akan dibuka tahun ini. Jadi, teman-teman bisa mempersiapkan dengan baik mulai dari sekarang. Di additional information ini, teman-teman harus mengisi beberapa hal berikut:
a. OASIS ID
b. Personal Details
c. Business Details
d. Scholarships category (berasal dari open atau public sector)
e. Research background (khusus PhD)
f. List of qualifications
g. Teman-teman juga harus mengupload beberapa dokumen seperti akta kelahiran, identitas, CV, ijazah yang sudah dilegalisir/certified, transkrip yang sudah dilegalisir, nilai IELTS, dan ijazah versi Bahasa Inggris yang sudah dilegalisir. Teman-teman harus memperhatikan nama file yang akan diunggah. Kalau tidak salah di panduannya sudah ada ketentuan harus kita namakan apa filenya. Waktu itu, formatnya adalah NAMA PESERTA_NAMA FILE. Jadi, teman-teman jangan lupa untuk membaca panduannya terlebih dahulu ya.

Pastikan teman-teman juga mendapatkan notifikasi via email dari Australia Awards Indonesia bahwa aplikasi kalian sudah tersubmit. Setelah semuanya beres, ikhtiar sudah dilakukan, tinggal berdoa supaya Allah memudahkan langkah kita.


Pengumuman Shortlisted Candidate
Tepat tanggal 13 Juni 2018 ketika aku sedang berada di Jogja untuk libur lebaran, aku mendapatkan notifikasi bahwa aku lolos ke tahapan selanjutnya. Alhamdulillah. Allah Maha Baik. Melihat ke belakang dengan ikhtiarku yang rasanya kurang maksimal karena aku mempersiapkannya terlalu mepet, Allah sangat baik memberikan aku kesempatan untuk lolos ke tahap berikutnya. Benar kata pepatah, sometimes good things happen when we least expect them. Mulai saat itu aku bertekad untuk berusaha sebaik mungkin. 


Tahap selanjutnya adalah JST Interview dan IELTS test. Tentu saja aku akan share tentang pengalamanku di post selanjutnya. Semoga postingan ini bisa bermanfaat! :)