Thursday, January 10, 2019

My AAS Journey Part 2: Seleksi Tahap 2 Australia Awards Scholarships 2018 (JST Interview dan Tes IELTS)


Menyambung tulisan sebelumnya mengenai seleksi tahap pertama untuk beasiswa AAS, di post kali ini aku akan berbagi pengalaman mengenai seleksi tahap kedua yaitu interview dan tes IELTS. Setelah menerima kabar bahwa aku lolos interview, aku berusaha menyiapkan diri sebaik mungkin. AAS akan memberi tahu dimana kita akan melakukan tes. Untuk tahun 2018, seleksi diadakan di beberapa kota yaitu Jakarta, Aceh, Papua, Kupang, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Mataram, dan Ambon. Untuk di Jakarta sendiri lokasi tes berada di IALF (Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris), Plaza Kuningan.

a. Tes IELTS
Di undagan tercantum bahwa seharusnya aku melaksanakan tes IELTS pada tanggal 7 Juli 2018. Namun, karena hasil tes IELTS yang aku gunakan untuk mendaftar AAS adalah hasil tes yang aku dapatkan pada bulan April 2018, hasilnya masih dianggap baru dan valid. Sehingga tes IELTS dalam rangka seleksi ini bisa ditangguhkan. Aku hanya perlu mengirimkan hasil tes IELTS asliku ke kantor Australia Awards Indonesia. Hasil IETLS yang dikategorikan sebagai hasil yang baru adalah tes yang dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan terkahir dari jadwal tes IELTS kita masing-masing. Jadi meskipun dilakukan pada tahun yang sama, jika melebihi 3 bulan, maka tes IELTS harus tetap dilakukan. 

AAS tidak mencari orang yang bisa mendapatkan nilai IELTS setinggi-tingginya. Yang terpenting sudah mencapai batas minimal band yaitu 5,5. Hasil tes IELTS kemudian akan digunakan untuk menentukan masa Pre-Departure Training yang akan dilaksanakan oleh awardee sebelum berangkat ke Australia. Semakin tinggi nilai yang kita dapatkan, maka durasi Pre-Departure Training yang akan kita tempuh semakin singkat. Di post sebelum-sebelumnya aku sudah membagikan kiat-kiat yang aku lakukan dalam menghadapi tes IELTS. Semoga bisa bermanfaaat :)

b. Interview akademik dengan Tim Seleksi Bersama (Joint Selection Team)
Interview ini dilakukan oleh Tim Seleksi Bersama antara pihak Indonesia dan Australia. Untuk program master, tim seleksi terdiri dari 1 orang Indonesia dan 1 orang Australia. Sedangkan untuk program PhD, tim seleksi terdiri dari 2 orang Indonesia dan 2 orang Australia. Untuk lebih lengkapnya, teman-teman bisa melihatnya di video berikut:


Yang aku suka dari beasiswa ini dan pengelolanya, dari awal semua informasi diberikan secara transparan. Bahkan sebelum interview, kita sudah diberi tahu akan seperti apa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dan poin-poin penilaiannya. Jadi, kita benar-benar bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dalam interview ini ada 3 hal yang ditekankan, yaitu kompetensi akademik, atribut kepemimpinan professional dan personal, serta hasil potensial.

Aku dijadwalkan untuk melakukan seleksi wawancara pada tanggal 25 Juli 2018 di IALF Kuningan. Karna aku mendapatkan notifikasi bahwa aku dinyatakan sebagai shortlisted candidate pada tanggal 13 Juni 2018, jadi aku memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Rata-rata teman-teman yang berada di luar kota Jakarta melaksanakan seleksinya terlebih dahulu. Aku sangat bersyukur karena memiliki waktu persiapan yang lebih. 

Jadi apa saja yang aku lakukan untuk mempersiapkan diri?

a. Banyak membaca dan mencari referensi di internet mengenai wawancara beasiswa
Sejak dinyatakan lolos, aku banyak sekali membaca bahan-bahan tentang wawancara beasiswa di internet baik tulisan di blog atau video di youtube. Di internet banyak sekali materi yang bisa teman-teman lihat dan menurutku semuanya sangat membantu. Karna awal mula aku tahu beasiswa ini dari salah satu dosen UGM yang pernah aku hadiri seminarnya, Bapak I Made Andi Arsana, tentu saja aku juga banyak membaca dari blog yang beliau tulis. Blog beliau sangat membantu karna disana kita bisa menemukan list pertanyaan wawancara yang biasanya dikeluarkan. Tapi selain itu, aku juga mendapatkan banyak sekali referensi dari sumber-sumber lainnya. Tidak hanya tentang pertanyaan tapi juga tentang bagaimana kita bersikap dalam menghadapi wawancara tersebut.


b. Membuat daftar pertanyaan pribadi dan mempersiapkan jawabannya
Setelah mengumpulkan referensi dari berbagai sumber, aku mencoba untuk membuat daftar pertanyaanku sendiri dan jawaban yang harus aku siapkan. Kira-kira aku membuat lebih dari 70 daftar pertanyaan dan jawaban. Jadi, bagaimanapun bahasa yang digunakan oleh si pewawancara untuk menanyakan suatu hal, kita harus siap menjawabnya dengan jelas.

c. Membaca dan menggali informasi lebih tentang Australia dan Indonesia
Tidak hanya soal kampus atau cara kita beradaptasi di sana nantinya, tapi kita harus paham mengenai hubungan Indonesia dan Australia saat ini. Bagaimana hubungan ekonomi, politik, dan kerjasama lainnya. Selain itu, isu-isu yang ada di Indonesia sendiri harus kita perhatikan. Seperti apa saja urgensi masalah yang harus diselesaikan, dll.

d. Meminta orang-orang terpercaya untuk melakukan proofreading essay / poin-poin penting wawancara
Dalam wawancara beasiswa, poin penting yang akan dibahas adalah mengenai past, present, dan future. Jadi meskipun aku memiliki banyak sekali daftar pertanyaan, poin-poin krusial dalam wawancara lah yang harus kita perhatikan. Aku melihat lagi essay yang aku tulis dan poin-poin penting yang harus aku sampaikan. Aku membuat draft khusus untuk beberapa poin pertanyaan penting yang aku bagikan ke keluarga dan beberapa teman. Aku meminta tolong mereka untuk mengoreksinya dan memberikan feedback tentang apa yang masih tidak jelas dan harus diperbaiki. Terimakasih banyak untuk Bunda, Mas Aji, Mas Hibran, Mas Sandy, Shafa, Icha, dan Karin. Mungkin kadang kita tidak merasa percaya diri untuk membagikan hal-hal seperti itu kepada orang lain, tapi justru dengan feedback yang diberikan oleh orang lain, kita bisa merasa lebih percaya diri untuk menghadapi wawancara. Jadi, jangan sungkan untuk membagikannya dengan orang-orang terdekat yang bisa kita percaya.

e. Bertanya kepada orang-orang yang sudah memiliki pengalaman wawancara
Ketika tau aku mendaftar beasiswa ini, Karin, temanku memberikan aku kontak kenalannya yang juga awardee AAS. Beruntunglah aku bisa menghubungi Mba Icha untuk menanyakan beberapa hal. Selain itu, beberapa hari sebelum wawancara, aku juga menghubungi Mas Nabil yang kontaknya aku dapat dari Mas Anton untuk share pengalaman wawancara. Karna kebetulan Mas Nabil sudah officially menjadi awardee tahun sebelumnya tapi terpaksa harus defer. Beruntungnya aku juga sempat mendapatkan saran via chat dari Bapak Made Andi. Well, rasanya kalau kita punya kesempatan sharing dengan orang-orang yang sudah melaluinya lebih dulu, persiapan kita menjadi lebih matang.

f. Latihan wawancara
Selain membaca, berlatih wawancara secara lisan sangatlah perlu agar kita tidak tergagap-gagap saat menjawab pertanyaan. Terimakasih Prinka, rommateku sewaktu itu yang sudah berbesar hati melihatku harus latihan wawancara setiap malam di kos hehehe.

g. Berdoa dan meminta doa restu
Aku percaya bahwa kekuatan doa itu sangatlah penting. Ketika mendapatkan email notifikasi bahwa aku dinyatakan shortlisted, aku menghubungi keluarga dan beberapa teman terdekat. Salah satunya untuk minta didoakan yang terbaik dalam proses ini. 

Hari H wawancara
Tanggal 25 Juli 2018, aku berangkat ke IALF cukup awal dibandingkan dengan perserta lain karna ternyata kosku sebegitu dekatnya dengan lokasi hahaha. Pukul 8 kurang aku sudah sampai di lokasi dan Bapak Penjaga mengantarku untuk menunggu di aula IALF. Disitu kami bisa melihat di papan mengenai grup wawancara kami masing-masing. Kalau tidak salah ingat, grup 1 adalah grup untuk wawancara PhD yang berisi 4 orang pewawancara. Sedangkan sisanya adalah grup untuk wawancara Master yang berisi 2 orang pewawancara. Dalam 1 grup sendiri, pewawancara akan mewawancarai setidaknya 5 orang dengan estimasi waktu 20 menit untuk master. Sedangkan untuk PhD mungkin sedikit lebih lama karena dalam 10 menit pertama peserta harus mempresentasikan proposal penelitian mereka.

Acara dibuka kurang lebih pukul 9 oleh salah satu tim pewawancara. Ada briefing dulu yang disiapkan untuk peserta. Disitu kami diperkenalkan terlebih dahulu kepada para pewawancara. Bahkan kami diberi tahu pewawancara ini ada di grup yang mana. Mereka memperkenalkan nama mereka dan juga background pendidikan mereka. Yang pasti, disini kita harus jeli. Alangkah lebih baik jika kita tahu nama mereka sehingga kita bisa menyapanya di ruang wawancara. Tahu backgroundnya juga adalah nilai plus, jadi kita bisa memperkirakan apa bidang yang dikuasai mereka. Ternyata mereka semua sangat ramah. Dari hari sebelumnya, aku meresa sangat deg deg an. Tapi justru mereka semua memberi motivasi yang seakan menghilangkan ketakutan. Pada sesi itu dibuka juga sesi Q&A, jadi kami bisa menanyakan hal-hal yang dirasa kurang jelas.

Aku mendapatkan urutan nomor dua di grup wawancaraku. Kebetulan kedua pewawancaraku bukan berasal dari bidang yang sama dengan bidang yang aku daftar. Overall, dari pengalaman wawancara yang aku lakukan, aku merasa tidak di jugde sama sekali atas jawaban-jawaban yang aku lontarkan. Ketika aku menjawab sesuatu yang dirasa kurang pas, bahkan mereka akan memberi saran yang menurutku oh iya benar juga ya…. Aku merasa wawancara ini seakan seperti sharing yang menyenangkan. Untuk pertanyaan-pertanyaannya, ini adalah beberapa pertanyaan yang aku ingat.

a. Hubungan past, present, dan future kamu seperti apa?
Menurutku ini adalah kesempatan dimana kita bisa melakukan pitching. Karna pertanyaan ini sangat luas jawabannya. Jadi persiapkan jawaban pertanyaan ini dengan baik. Take your time about 1,5-2 minutes untuk menjawab pertanyaan ini sejelas-jelasnya. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya kurang lebih akan mengikuti jawaban yang kita lontarkan untuk menjawab pertanyaan ini.
b. Kamu kan melenceng banget ya ambil studi yang tidak linear dengan background S1 kamu. Bagaimana cara kamu mengatasinya?
Well ada banyak pertanyaan printilan tentang berpindah jurusan ini. Aku bisa melihat di wajah mereka, ada keraguan yang sangat mendalam terhadapku hehehe. Jadi buat teman-teman yang berkeinginan untuk pindah jurusan, kalian benar-benar harus menyiapkan jawaban yang jelas-sejelasnya. Jadi kalau ditanya apakah bisa cross major? Bisa, asal hubungan past, present, dan future kita ada benang merahnya.
c. Apa perbedaan dua universitas yang kamu pilih?
Aku sudah pernah menjelaskan kalau kita berhak memilih dua universitas pada aplikasi kita. Disini mereka akan membahas dua universitas ini. Jangan bahas hanya soal rankingnya aja. Tapi lebih ke course, pengajar, dan juga jurnal-jurnal yang diterbitkan. Banyaklah membaca. Jadi kita bisa benar-benar paham mengapa kita memilih universitas dan jurusan tersebut.
d. Apa pengalaman yang kamu dapat selama kamu bekerja dan kuliah?
Mereka membahas pengalaman-pengalaman di pekerjaan, perkuliahan, dan lingkungan sosial.
e. Di essay kamu menuliskan blablablabla? Apa yang kamu maksud dengan ini?
Mereka akan sedikit banyak kembali membahas essay yang kita tulis pada aplikasi. Jadi, kita harus benar-benar paham tentang apa yang kita tulis. Apabila memang our first essay is not our best version, alangkah baiknya kita menjelaskan lagi disini agar pewawancara bisa menangkap maksud kita.

Percayalah bahwa waktu di ruang wawancara akan terasa amat singkat. Jadi berikan jawaban-jawaban sejelas-jelasnya. Bahkan keluar dari ruang wawancara, aku masih sangat tidak yakin terhadap jawaban-jawaban yang aku berikan. Tapi, apa yang bisa kita lakukan? Pasrah dan tawakkal sama Allah :) 

Selepas wawancara, aku kembali ke aula IALF dan bertukar cerita dengan para peserta lain. Kami semua sama-sama merasa tidak yakin tapi merasa sangat lega. Karna feedback yang kami dapat benar-benar positif. Tidak ada komentar-komentar menggurui. Meskipun menurutku, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pewawancara Australia yang ada di grupku sedikit lebih demanding. Well, itulah pengalaman pertamaku dalam wawancara beasiswa. Jadi, aku tidak bisa membandingkannya dengan wawancara beasiswa lain. Tapi aku harap ini bisa membantu kalian untuk menghadapi wawancara beasiswa :)

11 comments:

Anonymous said...

Assalamualaikum, Mba dyah. Sangat menginspirasi sekali. Bolehkah saya meminta email atau kontak Mb dyah yang lain untuk saya berkonsultasi mengenai beasiswa AAS? Kebetulan saya apply untuk AAS 2020. Terimakasih banyak Mb dyah

Anonymous said...

Assalamualaikum, Mba dyah. Sangat menginspirasi sekali. Bolehkah saya meminta email atau kontak Mb dyah yang lain untuk saya berkonsultasi mengenai beasiswa AAS? Kebetulan saya apply untuk AAS 2020. Terimakasih banyak Mb dyah

Dyah Ayu Permatasari said...

Hi Nina. Bisa email ya ke sarii.dyah@gmail.com

Esya Bachri said...

Untuk mereka yang tidak lolos seleksi ketahap interview, apakah akan mendapatkan konfirmasi email ttg rejection dar tim AAS?

karna beberapa teman-teman sudah mendapatkan email bahwa mereka lolos ketahap interview , namun sebagiannya lagi belum mendapatkan kabar jadi pada harap-harap cemas

Dyah Ayu Permatasari said...

@Esya Dapat. Kayaknya memang butuh waktu berhari hari untuk mengirimkan hasil seleksinya. Tapi untuk yg tidak lolos tahap pertama tidak mendapatkan feedback. Kalau gagal di tahap interview baru akan diberi feedback

Unknown said...

Emba Dyah pendaftaran online itu semua dokumen dilampirkan kah?

Dyah Ayu Permatasari said...

@Unkwown Iya dilampirkan sesuai persyaratan yang ada di handbook :)

Endra said...

waktu daftar dulu melampirkan ijazah sma gak mbak?? dan apakah perlu memasukan pendidikan SMA di riwayat pendidikan?

Meri's Note said...

Selamat sore kak, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan mengenai AAS
1. apakah proses seleksi JST ini hanya berlangsung di Jakarta dan Bali saja? Soalnya ada beberapa blog yang mengatakan kalo proses JST di lakukan di beberapa tempat seperti Aceh, Yogyakarta, Ambon dll
2. Kalo untuk masa sebelum berangkat PDT ke lokasinya, apakah biaya pesawat PP dan uang saku nya langsung di berikan kak atau memakai uang kita terlebih dahulu?
3. Jika kita baru pertama kali akan ke Jakarta apakah pihak AAS mau membantu mencarikan lokasi tempat tinggal yang sesuai ?

Terimakasih kak 🙏

Dyah Ayu Permatasari said...

@Endra Aduh saya benar2 lupa. Tapi sepertinya hanya ijazah S1 saja

Dyah Ayu Permatasari said...

@Meri
1. Iya tidak hanya di Jakarta dan Bali. Diselenggarakan di beberapa kota juga.
2. Uang saku akan diberikan per bulan sejak kita mulai PDT. Jika ada biaya pesawat domestic, akan direimburse.
3. Mungkin bisa email ke pihak AAI untuk rekomendasi kos di sekitar tempat PDT. Atau bs juga bertanya kepada teman-teman yang sama sama mendaftar. Aplikasi pencarian kos juga banyak. Saya pikir mba tidak akan kesulitan :)

Post a Comment